Cari Artikel Di Blog Ini

Total Tayangan Halaman

Kamis, 09 Februari 2012 02.02

Taubat (Bagian ke-2)

Februari 9 - 2012 by Tim Kajian Manhaj Tarbiyah

◣ Buah dari Taubat

Taubat selain kewajiban dan keharusan yang mesti dilakukan oleh manusia,
tanpa terkecuali orang beriman apalagi orang
banyak berdosa dan maksiat. Allah SWT berfirman

“…dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,
hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung.” (QS. An-Nuur: 31)

Allah Berfirman:

“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian
bertaubatlah kepada-Nya…” (QS. Huud: 90)

Allah Berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah
kepada Allah dengan taubat yang
sesungguhnya…” (QS. At-Tahrim: 8)


Dalam hadits nabi disebutkan:

Abu Hurairah RA berkata: “Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda, ‘Demi Allah,
sesungguhnya, aku membaca istighfar dan bertaubat
kepada Allah dalam sehari lebih dari tujuh puluh
kali.’” (HR. Bukhari)


Dalam riwayat lain disebutkan:

Al-Aghar bin Yasar Al-Muzani RA berkata bahwa
Rasulullah SAW bersabda, “Hai manusia,
bertaubatlah kepada Allah dan mintalah ampunan
kepada-Nya. Sesungguhnya, aku bertaubat seratus
kali dalam sehari.” (HR. Muslim)

Taubat juga merupakan amalan yang sangat
disenangi dan dicintai oleh Allah SWT. Seperti
firman Allah:

“Sesungguhnya Allah mencintai orang yang
bertaubat dan mencintai orang yang mensucikan
diri” (QS. Al-Baqarah: 222)


Kegembiraan dan kesenangan Allah begitu besar
seperti orang yang mendapatkan barang yang
sebelumnya hilang namun secara tiba-tiba ada
dihadapannya, Rasulullah saw mentamsilkan dalam
haditsnya:

Abu Hamzah, Anas bin Malik Al-Ansari RA
(pelayan Rasulullah SAW.) berkata bahwa
Rasulullah SAW bersabda: “Allah lebih gembira
terhadap taubat hamba-Nya daripada seseorang di
antara kamu yang mendapatkan untanya yang telah
hilang di gurun sahara.” (Muttafaq ‘alaih)


Dalam riwayat lain disebutkan: “Allah sangat
gembira terhadap hamba-Nya yang mau bertaubat.
Kegembiraan Allah itu lebih besar daripada
kegembiraan seseorang di antara kamu yang
mendapatkan kembali untanya yang sarat dengan
perbekalan. Sebelumnya, ia mengendarai untanya di gurun sahara, lalu unta yang ِa tunggangi lepas.
Padahal, di atas unta tersebut terdapat makanan dan
minuman perbekalannya. Ia sudah putus asa.
Kemudian, ia mendekati sebuah pohon, dan
berbaring di bawahnya. Dia sudah yakin bahwa
untanya tidak akan kembali. Pada saat itulah, tiba- tiba unta tersebut berdiri di depannya. Ia memegang
kendalinya. Lalu karena sangat gembiranya, ia
mengucapkan, ‘Ya Allah, Engkau adalah hambaku
dan aku adalah tuhan-Mu.’ Ia salah
mengucapkannya karena sangat gembira.” (HR.
Muslim)


Dalam hadits disebutkan:

Abu Hurairah RA berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda, “Allah SWT tertawa melihat dua orang
yang ingin saling membunuh, tetapi keduanya masuk
surga.”

Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana
itu bisa terjadi?”

(Rasulullah menjawab), “Orang yang pertama
berperang di jalan Allah, lalu ia terbunuh sebagai
syahid. Kemudian, si pembunuh bertaubat dan
masuk Islam. Ia berperang di jalan Allah hingga
mati sebagai syahid.” (Muttafaq ‘alaih)

Di samping itu pula Allah akan menggantikan
keburukan dengan kebaikan, sebagaimana firman-
Nya:

“Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan
melakukan perbuatan baik; maka kejahatan mereka
diganti dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Furqan:
70)

Karena itu taubat bagi kita adalah sebuah kebutuhan
agar kita mendapatkan karunia yang begitu dari
Allah SWT.


Adapun buah dari bertaubat kepada Allah adalah:

① Mendapatkan kecintaan dari Allah SWT.

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)

② Mendapatkan nikmat dari Allah saat di dunia.

“… maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah
ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah
Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan
hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan
harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu
kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)

③ Dihapuskannya dosa-dosa.

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah
kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan
menutupi kesalahan-kesalahanmu…” (QS. At-
Tahrim: 8)

④ Mendapatkan ganjaran surga

“… dan memasukkanmu ke dalam jannah yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai…” (QS. At-
Tahrim: 8)


⑤ Digantikannya kejahatan dengan kebaikan

“… kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan
mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka
diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah
maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-
Furqan: 70)

- Bersambung ᒠ

Taubat (Bagian ke-1)

Februari 9 - 2012 by Tim Kajian Manhaj Tarbiyah


◣ Makna Taubat

Menurut bahasa At-taubah berarti ar-rujuu’ (kembali), sedangkan menurut istilah taubat adalah kembali dari kondisi jauh dari Allah
SWT menuju kedekatan kepada-Nya. Atau:
pengakuan atas dosa, penyesalan, berhenti, dan
tekad untuk tidak mengulanginya kembali di masa
datang.


◣ Mengapa harus bertaubat?


1.ᔁ Karena manusia pasti berdosa.

2.ᔁ Karena dosa adalah penghalang antara kita dan
Sang Kekasih (Allah SWT), maka lari dari hal yang
membuat kita jauh dari-Nya adalah kemestian.

3.ᔁ Karena dosa pasti membawa kehancuran cepat
atau lambat, maka mereka yang berakal sehat pasti
segera menjauh darinya.

4.ᔁ Jika ada manusia yang tidak melakukan dosa,
pasti ia pernah berkeinginan untuk melakukannya.
Jika ada orang yang tidak pernah berkeinginan
melakukan dosa, pasti ia pernah lalai dari
mengingat Allah. Jika ada orang yang tidak pernah
lalai mengingat Allah, pastilah ia tidak akan mampu memberikan hak Allah sepenuhnya. Semua itu
adalah kekurangan yang harus ditutupi dengan
taubat.

5.ᔁ Karena Allah swt memerintahkan kita bertaubat,
sebagaimana dalam firman-Nya,

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah
kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan
menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin
yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar
di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil
mereka mengatakan: “Ya Rabb kami,
sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan
ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. At-Tahrim: 8)

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai
orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung.” (QS. An-Nuur: 31)

“dan hendaklah kamu meminta ampun kepada
Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu
mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan
memberi kenikmatan yang baik (terus menerus)
kepadamu sampai kepada waktu yang telah
ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap- tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan)
keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa
hari kiamat.” (QS. Huud: 3)

6.ᔁ Karena Allah mencintai orang yang bertaubat,
sebagaimana dalam firman-Nya,

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)

7.ᔁ Karena Rasulullah SAW senantiasa bertaubat
padahal beliau seorang nabi yang ma’shum (terjaga
dari dosa). Beliau bersabda:

“Demi Allah, sesungguhnya aku meminta ampun dan
bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari tujuh
puluh kali.” (HR. Bukhari).

Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa beliau
beristighfar seratus kali dalam sehari.


◣ Syarat-syarat taubat

1.⣑ Penyesalan dari dosa karena Allah.

2.⣑ Berhenti melakukannya.

3.⣑ Bertekad untuk tidak mengulanginya di
masa datang.

4.⣑ Dilakukan sebelum nyawa sampai di
tenggorokan ketika sakaratul maut, atau
sebelum matahari terbit dari barat.

5.⣑ Jika dosa berkaitan dengan sesama
manusia, maka syaratnya bertambah satu:
melunasi hak orang tersebut, atau meminta
kerelaannya, atau memperbanyak amal
kebaikan.


Kemaksiatan yang dilakukan berkaitan dengan hak
sesama manusia, ada empat syarat yang harus
dipenuhi, yakni syarat pertama, kedua, dan ketiga,
sebagaimana tiga syarat di atas, dan syarat
keempat: membebaskan diri dari hak tersebut.

Artinya, jika hak itu berupa harta benda, ia harus
mengembalikan kepada pemiliknya. Jika
berupa qadzaf (menuduh orang lain berbuat zina), ia
harus menyerahkan dirinya untuk dijatuhi hukuman
atau meminta maaf kepada orang yang
bersangkutan. Jika berupa ghibah (menggunjing orang lain), ia harus meminta maaf kepada orang
tersebut.

Setiap orang harus bertaubat dari segala dosa yang
pernah diperbuat. Jika ia hanya bertaubat dari
sebagian dosanya, taubat tersebut diterima, namun ia
masih mempunyai tanggungan dosa yang lain.


– Bersambung :)
Senin, 06 Februari 2012 02.10

Remaja PD Oke, Tapi Jangan Over

REMAJA percaya diri alias PD itu asik, tapi kalo sampe PD OD alias PD yang over dosis, jadinya gak
asik lagi. Bisa kamu bayangin kalau punya teman yang PD OD, pasti deh kesan yang timbul adalah nih
anak sombong banget. Misalnya saja dalam hal kepintaran. PD bahwa kamu bisa mengerjakan semua tugas sekolah dan ulangan dengan baik dan benar, itu keren. Tapi kalo PD OD yang berlaku, maka jadinya suka meremehkan orang lain dan merasa dirinya yang paling pintar dan bisa mengerjakan sendiri.


Begitu juga dalam hal penampilan, PD dengan jati diri kamu sebagai muslimah, itu ‘cool’ banget. Tapi kalo PD OD jadinya bukan berbusana muslimah yang syar’I tapi malah nabrak sana-sini. Misalnya saja nih, ada seorang muslimah yang ke-PD-an dengan memakai atasan baju lengan panjang tapi lalu diberi tank top di luar. Udah gitu warna tank top yang dipake sangat genjreng dan mencolok mata. Ini muslimah sehat apa lagi demam ya?


PD OD yang kayak gini jangan ditiru deh. Biarpun stok PD kamu over, tapi akal sehat dan iman yang mantap tetap harus kamu pakai kapan pun dan dimana pun. Karena bagi seorang muslim, setiap amal perbuatan dirinya itu ada nilah dan pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Jadi tak bisa dan tak boleh semuanya sendiri.


Sudah banyak kasus orang yang PD OD biasanya malah dijauhi teman. Sebetulnya orang model begini adalah orang yang bermasalah namun berusaha ditutupi dengan reaksi PD yang kelebihan itu. Jiwa dalam dirinya rapuh tapi ia terlalu gengsi untuk mengakuinya. Ia sebetulnya tak punya apa-apa dan tak memiliki kemampuan apa pun, tapi ia terlalu malu untuk diketahui orang lain. Jadilah segala kekurangan dalam dirinya dipasangi topeng bernama PD yang over dosis itu.


Remaja shalihah selalu menimbang setiap detil perbuatannya dengan timbangan Islam. Jadinya, dalam hal apa pun, baik berpakaian, berpikir, dan bertingkah laku, selalu ada patokan syariat di sana. Dalam menampilkan PD dalam dirinya, ia juga pasti akan memakai takaran yang pas, tidak lebih dan tidak kurang. Wibawa dalam dirimu sebagai muslimah pasti akan lebih cemerlang ketika rasa PD yang ada itu karena Allah semata. Tidak ada nada kesombongan di sana. Tidak ada nada meremehkan manusia lain di dalamnya.


So, bagi kamu semua yang merasa dirinya generasi muda Islam yang oke, tempatkan rasa PD ini pada tempat yang seharusnya ya. PD ketika melakukan kebaikan. PD ketika berdakwah amar makruf nahi mungkar dan PD ketika konsisten berbuat kebaikan. Jangan sebaliknya. PD ini jangan dipelihara dalam kemaksiatan. Jangan disimpan dalam kemungkaran. Dan jangan bangga ketika berada pada kesombongan. Buang jauh-jauh PD jenis ini, jangan sampai malah PD OD.


Mulai sekarang, punyai PD takaran tepat dan pas ketika kamu membawa diri. PD ketika kamu berjalan di muka bumi sebagai muslim yang berusaha kaffah, menjadi hamba Allah yang bertakwa dan menjadi umat Muhammad yang baik. Kamu pasti bisa jadi muslim PD jenis ini. Yakin saja ^_^

Renungan bagi yang Bertanya: Adakah yangMencintaiku?

Masih dalam suasana yang menggebu- gebu di beranda facebook- Nya (I'em 'colicul) yang pada intiNya masih dalam pembahasan apalah itu cinta mencinta dan di cinta. Satu dari keanehan buat ku untuk menyimpulkan dari status mereka, hasrat ingin berkomentar dan mengomentari tapi takut di salah persepsikan dengan apalah ntar bentuk niat Nya.. Hmmm..


Pernahkah terbesit di hati kita satu ungkapan, “Adakah yang mencintaiku?” Sederhana memang kata yang terbentuk dari hanya lima huruf yaitu “CINTA” itu. Cerita atau kisahnya memang tiada akhir, tiada pernah ada ujung karena di dalam melihatnya dari perspektif yang berbeda satu dengan yang lainnya.


Tulisan ini bukanlah terlahir dari kata-kata Sang Pujangga, tetapi hanyalah perenungan sederhana dari kejadian yang tidak terduga. Dalam kesunyian hanya ada perangkat siar menjadi teman malam yang setia walaupun kutahu pasti ada keramaian diluar sana. Seringnya perasaan perpindahan dimensi waktu hadir dalam hidup dan semoga ini merupakan rahmat dari Allah untuk mengingatkan akan namanya “kematian” sebagai jembatan untuk bermuhasabah. Hanya sebuah pesan singkat yang mengetuk hati untuk mencoba bertanya akan hakekat cinta “Adakah yang mencintaiku?” “Ah memang sebuah pertanyaan bodoh!” Itulah sebuah komentar diakun facebook penulis ketika status ini ditulis.


“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)” (Qs Al-Baqarah 165) .


Hupss.. Sudah siapkah kita untuk menyelami indah dan agungnya cinta?. Ijinkanlah diri Anda untuk membaca kembali ayat cinta ini, cobalah terbuka menerima semuanya dan pahami, renungkanlah!!!


Baiklah mari kita urai rasa cinta itu pada sesama manusia, yang pertama adalah orang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk kita yaitu “Orang tua kita”. Subhanallah sungguh mulianya cinta orangtua bila dapat menjadikan anak-anaknya
menjaga fitrahnya, sabda Rasulullah :


“Tiap-tiap anak dilahirkan berkeadaan fitrah (suci bersih), maka kedua-dua ibu bapanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR Bukhari).


Kemudian kita coba bahas secara ringkas juga arti dari teman atau sahabat. Semoga dengan adanya ayat berikut ini bisa menjadi peringatan kita dalam mengambil dan mengartikan “teman”. Adalah Ia yang mengajak kepada kesabaran dan kebenaran yang bisa dijadikan sebagai pendamping dalam hidup serta berhak mendapatkan gelar “teman”


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu.
Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya” (Ali Imran 118).


Sungguh hanyalah pada orang yang beriman ditananmkan pada hati mereka rasa kasih sayang itu, bukanlah kasih sayang yang semu tetapi yang menebarkan “Salaamun-alaikum”!!!


“Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat- ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: "Salaamun-alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu
lantaran kejahilan, kemudian ia bertobat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Al-An’am 54).


Di akhir tulisan ini satu ayat yang menerangkan akan arti hakikat cinta ditujukan kepada “hati” yang merindukan cinta suci tidak ternodai yang akan mengantarkan satu kesatuan cinta terintegral di dalam kehidupan kita entah itu cinta kepada keluarga, pasangan hidup kita, teman atau sahabat kita serta mahluk disemesta alam. Semoga pertanyaan ini terjawab “Masih adakah yang mencintaiku?”


“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus” (Al-Hujurat 7).
Minggu, 05 Februari 2012 01.49

Nasehat Dan Kelembutan

Ada beberapa prinsip yang perlu dipahami ketika
kita berada dalam posisi sebagai pemberi nasehat.
Pertama, hal penting yang perlu diperhatikan
dalam menasehati saudara kita adalah masalah
niat. Sampaikanlah nasehat semata-mata karena
Allah, bukan karena tujuan keduniawian atau nafsu dan hasrat pribadi. Dengan begitu, kita tidak
perlu berkecil hati bila nasehat kita tidak diterima
dengan baik. Anggaplah respon negatif tersebut
sebagai ujian kesabaran.


Pengalaman mengajarkan, orang-orang yang
kecewa –sekalipun karena nasehat yang terbuka
dan korektif- pada waktunya akan menghargai dan
berterimakasih dalam hati mereka. Mengapa
berkecil hati, bukankah nasehat itu ibarat pohon
kebaikan yang kita tanam dan kita tidak tahu kapan akan tumbuh dan berbuah (QS. Al-
A’raf:164).


Kedua, agar sebuah nasehat efektif, tunjukkanlah
cinta, kasih sayang dan keikhlasan saat memberi
nasehat. Hindari nada bicara yang menunjukan
kebanggaan, celaan, olok-olok atau cemoohan.
(QS. Al-Hujurat:11)


Ketiga, masalah pemilihan waktu yang tepat, perlu
juga diperhatikan. Akhlak Islam menuntut kita
menyampaikan nasehat secara pribadi, bukan di
depan khalayak ramai, untuk menghindari
timbulnya perasaan yang tidak baik. Tujuan
nasehat adalah memperbaiki kelemahan dan menyempurnakan kekurangan seseorang, bukan
mengumumkan dan mensosialisasikan
kesalahannya.


Keempat, bersabar dan berhati-hati dalam
menggunakan perkataan dan memilih suasana
emosi yang tepat. Kita tidak boleh tersinggung atau
kecewa jika nasehat kita tidak berpengaruh bagi
orang lain. Mungkin semua itu membutuhkan
waktu.


Kelima, jauhi pertentangan yang sia-sia.
Adakalanya, pendapat kita salah dan pendapat
orang yang kita beri nasehat itu benar. Dalam
situasi ini, ubahlah tindakan memberi nasehat
menjadi ajang bertukar pikiran dengan penuh
persaudaraan. Ingatlah, tanggung jawab kita hanyalah memberi nasehat, bukan hidayah. Sebuah
nasehat tak akan bermanfaat kecuali hanya dengan
izin-Nya dan bergantung pula pada kadar
keimanan penerima nasehat. Allah Swt berfirman,
”dan tetaplah memberi peringatan, karena
sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Adz-Dzariyat: 55)


Keenam, jadilah cermin yang detil dengan memberi
informasi yang lebih spesifik. Misalnya nasehat
tentang kebersihan masih bersifat global dan
umum. Agar saudara kita menyadari masalahnya,
sebutkan hal yang spesifik, misalnya nafas yang
kurang sedap atau pakai yang kumal.


Dalam manajemen nasehat diperlukan kepekaan
dan kearifan yang tinggi agar mencapai hasil
optimal (QS. An-Nahl:125). Presiden Lincoln, lebih
dari seratus tahun yang lalu, berkata, ”Orang lebih
mudah menangkap lalat dengan sirop daripada
dengan cuka.” Sesungguhnya ajaran Islam telah lebih dulu menganjurkan umatnya agar
‘menangkap orang’ dengan keramah-tamahan yang
manis, bukan dengan gertakan-gertakan yang
kecut, sekalipun terhadap anak dan orang
kesayangan yang paling dekat. Ini misteri hati yang
sangat lemah dan rapuh dalam menghadapi kelembutan.


Allah Swt membekali Nabi Muhammad Saw
dengan sifat kelembutan untuk berdakwah
menghadapi umatnya (QS. Ali-Imran: 159). Itulah
sebabnya dalam beberapa kisah, seringkali orang-
orang yang diberikan nasehat oleh Nabi Saw
meresponnya sambil mengungkapkan perasaan bahwa orang itu mencintai nabi. Sungguh ini bukan
sekedar buah dari nasehat yang berlogika tajam
dan cerdas, melainkan nasehat itu bersandar pada
sifat kelemah-lembutan yang bisa langsung
menyentuh dasar hati penerima nasehat.


Pelajaran ini, insya Allah membuka mata dan
kesadaran kita akan dampak dari pemberian
nasehat berbobot yang disampaikan dengan penuh
kelembutan. Bila hal ini dilakukan secara
berkelanjutan dan berulang-ulang, tanpa disadari,
diantara pemberi dan penerima nasehat, akan tumbuh jalinan ikatan kasih sayang maupun
persaudaraan yang semakin kuat.


Sejauh ini, bila interaksi nasehat menasehati terjadi
diantara sesama laki-laki, maupun sesama wanita,
dampak dari sikap lembut dan ramah selalu
bernilai positif. Akan tetapi, fakta lapangan
seringkali menunjukkan hal yang ’negatif’ bila
aktifitas saling menasehati terjadi antara seorang laki-laki dan seorang wanita. Kedekatan yang
berawal dari motivasi yang ikhlas perlahan-lahan
terkontaminasi oleh rasa ketertarikan yang
berhembus dari nafsu dan hasrat pribadi.


Nasehat yang mulanya mengalir tulus tanpa
mengharapkan sesuatu kecuali ingin memperbaiki
kekurangan saudaranya, sedikit demi sedikit
bergeser menjadi pengharapan akan penerimaan
yang lebih dalam. Perhatian yang berlebihan (dalam
konotasi negatif) dan rasa ingin selalu dekat selalu bercampur dengan semangat keikhlasan saat ingin
memberikan nasehat. Ketergantungan seketika
tercipta, seolah-olah hanya sang penasehat yang
mampu menasehati dirinya. Lebih jauh lagi,
pengakuan verbal sebagai satu-satunya penasehat
spiritual acapkali mendorong keinginan untuk memberikan ’wewenang’ tambahan kepada sang
penasehat agar mau berperan lebih yaitu sebagai
penasehat pribadi dalam rumah tangga.


Kita tidak hendak membahas pro dan kontra dari
akibat aktifitas saling menasehati antara lawan
jenis, kecuali sekedar menunjukkan benang merah
hubungan sebab akibat antara sikap lembut dalam
menasehati dan hasrat ketertarikan dari dorongan
nafsu manusiawi.


Satu hal yang perlu dicermati adalah bahwa kita
membutuhkan persiapan dan kewaspadaan ekstra
di dalam hati ketika memutuskan untuk terjun
dalam wilayah saling menasehati kepada seseorang
(dakwah fardiyah) yang berbeda jenis dengan kita.
Tanpa kematangan dan kekokohan spiritual yang mantab, sebaiknya urungkan niat anda untuk
masuk terlalu dalam ke wilayah ini. Yang pasti,
syetan selalu mengintai dan berupaya mencari
celah-celah kelalaian dan kelengahan dalam semua
aktifitas amal sholeh yang dilakukan oleh setiap
hamba Allah. Semoga Allah Swt selalu melindungi kita semua dari godaan syetan yang terkutuk.
Wallahu’alam bishawab.
Senin, 30 Januari 2012 23.10

Ia Datang Bukan untuk Bertanya

KETIKA RASULULLAH SAW menceritakan
kisah perjalanannya yang ajaib dalam peristiwa
Isra Miraj kepada kaumnya, yang terdiri dari
orang-orang Quraisy, penduduk Mekkah terpecah
menjadi tiga golongan.


Sebagian besar adalah orang-orang kafir yang
makin tidak percaya kepada Muhammad saw.
Bahkan menganggapnya gila. Golongan kedua
adalah orang-orang yang tadinya beriman, tetapi
kemudian murtad begitu mendengar Nabi bercerita
yang bukan-bukan dan tidak masuk akal sama sekali. Hanya sebagian besar saja makin kuat
imannya. Antara lain sahabat Abu Bakar Ash-
Shiddiq. Bahkan, jika ada yang bertanya
kepadanya apakah Abu Bakar mempercayai
keterangan Muhammad yang mustahil itu, sahabat
tersebut itu menjawab, “Lebih dari itu pun, kalau yang bercerita Muhammad, aku pasti percaya!”
Tegas. Tak ada keraguan.


Akibat keadaan yang menyedihkan itu, Nabi
dengan sedih tertunduk di depan Kabah sambil
terus memikirkan kaumnya yang keras kepala. Ia
sangat kasihan kepada mereka. Bagaimana nasib-
nasib orang-orang kafir itu di akhirat kelak kalau
terus-terusan membangkang kepada kebenaran Allah swt?


Tiba-tiba datanglah salah seorang pemuka Quraisy,
anak muda yang berbadan tinggi besar serta tegap.
Seraya menghardik dengan suara keras, ia bertanya
kepada Nabi, “Aku dengar kau baru terbang ke
langit, hai Muhammad?”


Nabi mendongak. Ia tersenyum ramah. “Tidak.
Aku baru saja diperjalankan oleh Allah untuk
menghadap ke hadirat-Nya.”


“Pokoknya kau mengaku terbang ke langit bukan?”
desak orang musyrik itu. “Coba sekarang aku ingin
melihat buktinya....”


Nabi mengernyitkan dahinya. “Apa maksudmu?”
tanyanya.

Orang itu bersikap makin menjengkelkan. Ia
berkata dengan nada yang penuh hardikan,
“Berdirilah kau, Muhammad!”

Nabi menurut. Ia pun berdiri sebab Nabi adalah
pemimpin yang sangat sabar dan tasamuh, penuh
toleransi kepada siapa saja.

“Angkat sebelah kakimu, yang kanan!” perintah
pemuda jagoan itu dengan kasar dan sangat kurang
ajarnya.

Nabi tetap menurut. Diangkatnya kakinya yang
kanan.

“Sekarang angkat pula kakinya yang kiri. Yang
kanan, jangan diturunkan...” lanjut si kafir itu.

Nabi menarik nafas panjang di dadanya. Ia
berkata dengan rendah hati, “Bila kuangkat pula
kaki yang kiri, sedangkan yang kanan masih di
atas, aku bakal jatuh terguling...”

“Ha ha ha ha,” si pemuda tiba-tiba tertawa
terbahak-bahak dengan suara yang keras dan
penuh dengan nada puas serta kemenangan.

“Apa yang lucu? Kenapa kau tertawa?” tanya Nabi
keheranan.

“Ha ha ha Muhammad. Inilah buktinya bahwa
engkau pembohong. Tukang bual yang besar mulut.
Mengangkat dua kaki dari atas tanah satu jengkal
saja tidak mampu. Apalagi terbang ke langit... ha
ha ha ha ha.....”


Nabi masih saja tetap tenang. Ia memandangi saja
pada pemuda itu kemudian ia berkata, “Barangkali
kalau kau ingin bukti lebih lanjut, datangilah
sahabatku Ali bin Abi Thalib. Dia masih muda dan
sebaya denganmu. Mungkin dia bisa menerangkan
yang cocok dengan keinginanmu tentang perjalanan Isra Miraj-ku...”


Si pemuda mengangguk-angguk kepalanya.
“Hmmm, baik. Aku akan datangi dia!” ujarnya.

Maka dicarilah sahabat Ali oleh orang musyrik
yang sombong dan kasar itu. Waktu itu, Ali sedang
berkumpul bersama beberapa sahabat lainnya.
Orang kafir itu memanggil Ali, dan Ali
mendekatinya.


“Ada perlu apa kaupanggil aku, ha?” tanya Ali.

“Begini,” jawab si pemuda kafir itu dengan
sombong, “Aku baru saja mendatangi saudaramu
yang gila, si Muhammad itu. Aku tanya, apakah
betul dia baru terbang ke langit. Dia menjawab
betul. Kusuruh buktikan dia dengan cara
mengangkat kedua kakinya bersama-sama, satu jengkal saja dari atas tanah, tetapi dia menjawab
tidak bisa. Nah, aku ejek dia, aku tertawakan dia
seketika saking lucunya, karena ia nyata-nyata
berbohong kan? Nah, ia menyuruhku untuk datang
kepadamu. Katanya, kau Ali, dapat menjelaskan
peristiwa Isra Miraj kepadaku lebih terang dan jelas lagi. Karena engkau seusia denganku.
Apakah itu benar?”


Ali mendelik. Sekian detik ketika ia mendengar
perkataan orang di hadapannya, ia mendengus.
Tanpa mengeluarkan sepatah katapun ia dengan
sebat hampir tidak kelihatan oleh mata, ia
mencabut pedangnya. Orang kafir itu kebingungan.
“Kenapa kau cabut pedangmu?”


Sambil berkata seperti itu, ia pun dengan begitu
saja hendak mengeluarkan goloknya. Namun,
gerakannya tidak cukup cepat dibandingkan
dengan sebatan pedang Ali. WUSSHHHHHH!!!!
Sekali gerak, Ali mengarahkan pedangnya ke leher
orang kafir itu. Darah memuncrat. Sejenak kemudian si Pemuda itu terkapar. Ali mengelap-
elap pedangnya yang bersimbah darah.


Para sahabat yang menyaksikan peristiwa itu
cepat-cepat mendatangi Ali bin Abi Thalib dengan
cemas dan keheranan. Mereka menegur dengan
keras, “Hai, anak Abi Thalib, alangkah gegabahnya
kau. Kejam dan tak berprikemanusiaan. Bukankah
Rasulullah menyuruhmu menerangkan kepadanya tentang peristiwa Isra Miraj, bukan untuk
membunuhnya?”


Ali melirik ke arah mereka. Dengan tenang, ia
mengacungkan pedangnya tegas ke arah mayat
yang masih membujur bersimbah darah itu, “Dia
ini, Rasulullah sendiri yang bercerita, orang kafir
ini tidak percaya. Malah menghina dan
mengejeknya. Padahal Rasulullah yang mengalami peristiwa itu sendiri, berarti keterangan beliau lebih
jelas dan gamblang daripadaku. Tutur kata beliau
juga halus dan sopan dibandingkan dengan diriku.
Ceritanya lebih terperinci karena beliaulah yang
mengetahui rahasia Isra Miraj dengan pasti.
Apalagi kalau sekadar Ali bin Abi Thalib yang bercerita, tak bakal dia percaya. Kedatangannya
bukan hanya ingin bertanya mencari tahu. Ia hanya
ingin mengejek dan menghina keimanan kita. Maka
satu-satunya jalan agar dia percaya, mati dulu baru
dia tahu terhadap perkara-perkara yang ghaib
selama ini!!!!”


Para sahabat akhirnya mengangguk-angguk
menyetujui pendirian Ali Bin Thalib karena agama
memang merupakan pegangan hidup yang tidak
layak dijadikan sebagai bahan pergunjingan atau
ejekan.


=========================================
(Peri Hidup Nabi dan Para Sahabat; Saad
Saefullah)
Kamis, 12 Januari 2012 04.24

Jangan halangi aku untuk ber'amal..!



Hari itu Nasibah tengah berada di dapur.
Suaminya, Said tengah beristirahat di kamar tidur.
Tiba-tiba terdengar suara gemuruh bagaikan
gunung-gunung batu yang runtuh. Nasibah
menebak, itu pasti tentara musuh. Memang,
beberapa hari ini ketegangan memuncak di sekitar Gunung Uhud.

Dengan bergegas, Nasibah meninggalkan apa yang
tengah dikerjakannya dan masuk ke kamar.
Suaminya yang tengah tertidur dengan halus dan
lembut dibangunkannya. “Suamiku tersayang,”
Nasibah berkata, “Aku mendengar suara aneh
menuju Uhud. Barang kali orang-orang kafir telah menyerang.”

Said yang masih belum sadar sepenuhnya,
tersentak. Ia menyesal mengapa bukan ia yang
mendengar suara itu. Malah Istrinya. Segera saja ia
bangkit dan mengenakan pakaian perangnya.
Sewaktu ia menyiapkan kuda, Nasibah
menghampiri. Ia menyodorkan sebilah pedang kepada Said.

“Suamiku, bawalah pedang ini. Jangan pulang
sebelum menang....”

Said memandang wajah Istrinya. Setelah
mendengar perkataannya seperti itu, tak pernah
ada keraguan baginya untuk pergi ke medan
perang. Dengan sigap dinaikinya kuda itu, lalu
terdengarlah derap suara langkah kuda menuju
utara. Said langsung terjun ke tengah medan pertempuran yang sedang berkecamuk. Di satu
sudut yang lain, Rasulullah saw melihatnya dan
tersenyum kepadanya. Senyum yang tulus itu makin
mengobarkan keberanian Said saja.

Di rumah, Nasibah duduk dengan gelisah. Kedua
anaknya, Amar yang baru berusia 15 tahun dan
Saad yang dua tahun lebih muda, memperhatikan
Ibunya dengan pandangan cemas. Ketika itulah
tiba-tiba muncul seorang pengendara kuda yang
nampaknya sangat gugup.

“Ibu, salam dari Rasulullah,” berkata si
Penunggang Kuda, “Suami Ibu, Said baru saja
gugur di medan perang. Beliau syahid....”

Nasibah tertunduk sebentar, “Innalillah....”
gumamnya, “Suamiku telah menang perang. Terima
kasih, ya Allah.”

Setelah pemberi kabar itu meninggalkan tempat itu,
Nasibah memanggil Amar. Ia tersenyum
kepadanya di tengah tangis yang tertahan, “Amar,
kaulihat Ibu menangis? Ini bukan air mata sedih
mendengar Ayahmu telah syahid. Aku sedih karena
tidak punya apa-apa lagi untuk diberikan pagi para pejuang Nabi. Maukah engkau melihat Ibumu
bahagia?”
Amar mengangguk. Hatinya berdebar-debar.

“Ambilah kuda di kandang dan bawalah tombak.
Bertempurlah bersama Nabi hingga kaum kafir
terbasmi.”

Mata amar bersinar-sinar. “Terima kasih, Ibu.
Inilah yang aku tunggu sejak dari tadi. Aku was-
was seandainya Ibu tidak memberi kesempatan
kepadaku untuk membela agama Allah.”

Putra Nasibah yang berbadan kurus itu pun segera
menderapkan kudanya mengikut jejak sang Ayah.
Tidak tampak ketakutan sedikitpun dalam
wajahnya. Di depan Rasulullah saw, ia
memperkenalkan diri. “Ya Rasulullah, aku Amar
bin Said. Aku datang untuk menggantikan Ayah yang telah gugur.”

Rasul saw dengan terharu memeluk anak muda itu.
“Engkau adalah pemuda Islam yang sejati, Amar.
Allah memberkatimu....”

Hari itu pertempuran berlalu cepat. Pertumpahan
darah berlangsung sampai sore. Pagi-pagi seorang
utusan pasukan Islam berangkat dari perkemahan
mereka menuju ke rumah Nasibah. Setibanya di
sana, perempuan yang tabah itu sedang termangu-
mangu menunggu berita, “Ada kabar apakah gerangan kiranya?” serunya gemetar ketika sang
Utusan belum lagi membuka suaranya, “Apakah
anakku gugur?”

Utusan itu menunduk sedih, “Betul....”
“Innalillah....” Nasibah bergumam kecil. Ia
menangis.

“Kau berduka, ya Ummu Amar?”
Nasibah menggeleng kecil. “Tidak, aku gembira.
Hanya aku sedih, siapa lagi yang akan
kuberangkatan? Saad masih kanak-kanak.”

Mendegar itu, Saad yang tengah berada tepat di
samping Ibunya, menyela, “Ibu, jangan remehkan
aku. Jika engkau izinkan, akan aku tunjukkan
bahwa Saad adalah putra seorang Ayah yang gagah
berani.”

Nasibah terperanjat. Ia memandangi putranya.
“Kau tidak takut, Nak?”

Saad yang sudah meloncat ke atas kudanya
menggeleng yakin. Sebuah senyum terhias di
wajahnya. Ketika Nasibah dengan besar hati
melambaikan tangannya, Saad hilang bersama
utusan itu.

Di arena pertempuran, Saad betul-betul
menunjukkan kemampuannya. Pemuda berusia 13
tahun itu telah banyak menghempaskan banyak
nyawa orang kafir. Hingga akhirnya tibalah saat
itu, yakni ketika sebilah anak panah menancap di
dadanya. Saad tersungkur mencium bumi dan menyerukan, “Allahu akbar!”

Kembali Rasulullah saw memberangkatkan utusan
ke rumah Nasibah. Mendengar berita kematian itu,
Nasibah meremang bulu kuduknya. “Hai utusan,”
ujarnya, “Kau saksikan sendiri aku sudah tidak
punya apa-apa lagi. Hanya masih tersisa diri yang
tua ini. Untuk itu izinkanlah aku ikut bersamamu ke medan perang.”

Sang utusan mengerutkan keningnya. “Tapi engkau
perempuan, ya Ibu....”

Nasibah tersinggung, “Engkau meremehkan aku
karena aku perempuan? Apakah perempuan tidak
ingin juga masuk Surga melalui jihad?”

Nasibah tidak menunggu jawaban dari utusan
tersebut. Ia bergegas saja menghadap Rasulullah
saw dengan kuda yang ada. Tiba di sana,
Rasulullah saw mendengarkan semua perkataan
Nasibah. Setelah itu, Rasulullah saw pun berkata
dengan senyum. “Nasibah yang dimuliakan Allah. Belum waktunya perempuan mengangkat senjata.
Untuk sementra engkau kumpulkan saja obat-
obatan dan rawatlah tentara yang luka-luka.
Pahalanya sama dengan yang bertempur.”

Mendengar penjelasan Nabi demikian, Nasibah
pun segera menenteng tas obat-obatan dan
berangkatlah ke tengah pasukan yang sedang
bertempur. Dirawatnya mereka yang luka-luka
dengan cermat. Pada suatu saat, ketika ia sedang
menunduk memberi minum seorang prajurit muda yang luka-luka, tiba-tiba terciprat darah di
rambutnya. Ia menegok. Kepala seorang tentara
Islam menggelinding terbabat senjata orang kafir.

Nasibah menyaksikan kekejaman ini. Apalagi
waktu dilihatnya Nabi terjatuh dari kudanya akibat
keningnya terserempet anak panah musuh, Nasibah
tidak bisa menahan diri lagi. Ia bangkit dengan
gagah berani. Diambilnya pedang prajurit yang
rubuh itu. Dinaiki kudanya. Lantas bagai 'singa betina', ia mengamuk. Musuh banyak yang terbirit-
birit menghindarinya. Puluhan jiwa orang kafir pun
tumbang. Hingga pada suatu waktu seorang kafir
mengendap dari belakang, dan membabat putus
lengan kirinya. Ia terjatuh terinjak-injak kuda.

Peperangan terus saja berjalan. Medan
pertempuran makin menjauh, sehingga Nasibah
teronggok sendirian. Tiba-tiba Ibnu Mas’ud
mengendari kudanya, mengawasi kalau-kalau ada
korban yang bisa ditolongnya. Sahabat itu, begitu
melihat seonggok tubuh bergerak-gerak dengan payah, segera mendekatinya. Dipercikannya air ke
muka tubuh itu. Akhirnya Ibnu Mas’ud
mengenalinya, “Istri Said-kah engkau?”

Nasibah samar-samar memperhatikan
penolongnya. Lalu bertanya,

“Bagaimana dengan
Rasulullah? Selamatkah beliau?”

“Beliau tidak kurang suatu apapun....”

“Engkau Ibnu Mas’ud, bukan? Pinjamkan kuda
dan senjatamu kepadaku....”

“Engkau masih luka parah, Nasibah....”

“Engkau mau menghalangi aku membela
Rasulullah?”

Terpaksa Ibnu Mas’ud menyerahkan kuda dan
senjatanya. Dengan susah payah, Nasibah menaiki
kuda itu, lalu menderapkannya menuju ke
pertempuran. Banyak musuh yang
dijungkirbalikannya. Namun, karena tangannya
sudah buntung, akhirnya tak urung juga lehernya terbabat putus. Rubuhlah perempuan itu ke atas
pasir. Darahnya membasahi tanah yang
dicintainya.

Tiba-tiba langit berubah hitam mendung. Padahal
tadinya cerah terang benderang. Pertempuran
terhenti sejenak. Rasul saw kemudian berkata
kepada para sahabatnya, “Kalian lihat langit tiba-
tiba menghitam bukan? Itu adalah bayangan para
Malaikat yang beribu-ribu jumlahnya. Mereka berduyun-duyun menyambut kedatangan arwah
Nasibah, wanita yang perkasa.”
Minggu, 08 Januari 2012 20.50

Negara Dengan KualitasPendidikan Terbaik di Dunia

Negara Dengan Kualitas
Pendidikan Terbaik di Dunia
( http://sekolahorangtua.com )

Tahukah Anda negara mana yang kualitas
pendidikannya menduduki peringkat pertama di
dunia?

Finlandia. Negara dengan ibukota Helsinki (tempat
ditandatanganinya perjanjian damai antara RI
dengan GAM) ini memang begitu luar biasa.
Peringkat 1 dunia ini diperoleh Finlandia
berdasarkan hasil survei internasional yang
komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama PISA
(Programme for International Student Assesment)
mengukur kemampuan siswa di bidang Sains,
Membaca, dan juga Matematika.

Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara
akademis tapi juga menunjukkan unggul dalam
pendidikan anak-anak lemah mental.

Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua
siswanya cerdas. Lantas apa kuncinya sehingga
Finlandia menjadi Top No 1 dunia?

Dalam masalah anggaran pendidikan Finlandia
memang sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata
negara di Eropa tapi masih kalah dengan beberapa
negara lainnya. Finlandia tidaklah menggenjot
siswanya dengan menambah jam-jam belajar,
memberi beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir siswa dengan berbagai
tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia mulai sekolah
pada usia yang agak lambat dibandingkan dengan
negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun, dan jam
sekolah mereka justru lebih sedikit, yaitu hanya 30
jam perminggu. Bandingkan dengan Korea, ranking kedua setelah Finlandia, yang siswanya
menghabiskan 50 jam perminggu.


Apa gerangan kuncinya?

Ternyata kuncinya terletak pada kualitas guru. Di
Finlandia hanya ada guru-guru dengan kualitas
terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru
sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski
gaji mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah
menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan, dan
hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima.
Persaingannya lebih ketat daripada masuk ke
fakultas hukum atau kedokteran!

Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan
evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat
penting bagi kualitas pendidikan, Finlandia justru
percaya bahwa ujian dan testing itulah yang
menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu
banyak testing membuat kita cenderung mengajarkan kepada siswa untuk semata lolos dari
ujian, ungkap seorang guru di Finlandia.

Pada usia 18 th siswa mengambil ujian untuk
mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi
dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan
tinggi.

Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri,
bahkan sejak Pra-TK!
Ini membantu siswa belajar bertanggungjawab atas
pekerjaan mereka sendiri, kata Sundstrom, kepala
sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia.

Siswa didorong untuk bekerja secara independen
dengan berusaha mencari sendiri informasi yang
mereka butuhkan. Suasana sekolah sangat santai
dan fleksibel. Adanya terlalu banyak komando
hanya akan menghasilkan rasa tertekan, dan
mengakibatkan suasana belajar menjadi tidak menyenangkan.

Kelompok siswa yang lambat mendapat dukungan
intensif. Hal ini juga yang membuat Finlandia
sukses.

Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di
Finlandia sangat kecil perbedaan antara siswa yang
berprestasi baik dan yang buruk dan merupakan
yang terbaik menurut OECD. Remedial tidaklah
dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai
kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan prilaku
siswa membuat program individual bagi setiap
siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus
dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas;
kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa
buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting
mereka berusaha.

Para guru sangat menghindari kritik terhadap
pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita
mengatakan “Kamu salah” pada siswa, maka hal
tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka
malu maka ini akan menghambat mereka dalam
belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan
hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak
dengan siswa lainnya.

Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap
dirinya masing-masing. Ranking hanya membuat
guru memfokuskan diri pada segelintir siswa
tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya.
Sabtu, 07 Januari 2012 06.00

Memangnya siapa kita ?



Memangnya, Siapa Kita?

Akan selalu bertemu kecewa, saat kita berharap
dalam sekejap, dapat merubah karakter suami
sebagai pasangan hidup, sesuai keinginan kita.

Memangnya, siapa kita?

Kita bukan ayah ibunya yang telah mengasuhnya
seperempat abad lebih. Ayah ibunya tak pernah
menuntutnya untuk menjadi sesiapa, cukup menjadi
seorang anak lelaki yang baik saja. Sedang kita,
baru menikah dengannya seumur jagung, tapi
tuntutan padanya kadang berderet panjang seperti struk belanja bulanan.

Kita juga bukan saudara kandungnya yang punya
hubungan darah kekal selamanya. Saudara
sekandung yang bisa beradu argumen atau berantem
sedemikian rupa, tapi tak lama akan akur kembali
dan tetap menjadi saudara hingga maut
memisahkan.

Kita ini ‘hanya’ diikat tali mitsaq al ghalidza, halal
karena pernikahan. Dan itu sifatnya temporer,
tergantung pada kemauan kita, akan
mempertahankan tali kasih itu, atau tidak.
Bukankah perceraian banyak terjadi bukan hanya
karena soal-soal yang prinsip, tapi juga soal yang (kita anggap) sangat sepele? Sungguh, tali kasih itu
sangat mudah untuk diputuskan, jika kita tidak
berusaha mempertahankan.

Memangnya, siapa kita?

Berharap suami menjadi pasangan sempurna
sedemikian rupa, sementara kita sendiri jauh dari
sempurna? Berharap suami menjadi pasangan yang
sholih, selalu mengayomi, banyak mengajarkan
ilmu, dan setia. Tapi ternyata mendapatkan suami
yang tegas, sangat sibuk di luar rumah, jarang punya kesempatan membantu aktivitas rumah tangga.

Harapan yang begitu tinggi menjulang, lalu terbentur
kecewa dengan kenyataan.

Tapi sungguh kita lupa untuk melihat ke dalam,
‘look from within’. Ah, kita ini sibuk melihat
kekurangan pasangan, sementara kekurangan
sendiri tak berbilang.

Memangnya siapa kita? Begitu aqad nikah
diiqrarkan, langsung merasa dialah suami pasangan
jiwa milik kita? Hingga kita menangis sedih saat
suami harus pergi berdakwah beberapa lama.
Hingga kita merasa tak dipedulikan saat suami
pulang larut malam padahal untuk mencari nafkah bagi kita dan keluarga?

Hey, kita ini hanya dititipi, dan kapan saja dapat
diminta-Nya kembali. Kita tak pernah benar-benar
memiliki: pasangan hidup, anak-anak, bahkan diri
kita sendiri. Kita ini cuma peminjam, yang sering
masih merengek-rengek minta dipinjami yang lebih
baik lagi. Ah, peminjam yang tak tahu diri.

Memangnya siapa kita? Merasa tersia-sia dan
menangis berdarah-darah saat perhatiannya terbagi.
Hingga kita merasa iri saat suami membangunkan
ibu kandungnya sebuah rumah. Hingga kita merasa
dia tak peduli karena akhir pekan dia kerap sibuk
dengan kegiatan dakwah bersama teman-temannya?

Hey, kita cuma teman di sisa hidupnya, bukan
atasannya yang berhak marah-marah dan memecat
siapa pun yang tak dia suka. Kita cuma teman
hidupnya, yang justru bisa ditalaq kapan saja andai
dia tak berkenan dengan perilaku kita lalu dia
murka.

Memangnya, siapa kita?
Jumat, 06 Januari 2012 02.34

Pedang Waktu





Mungkin kita lebih akrab dengan pepatah barat
tentang waktu. Mereka bilang; waktu adalah uang.
Dari mulai bangun tidur hingga tidur lagi, tak ada
yang lebih berharga selain mengisi waktunya
dengan pekerjaan yang bisa menghasilkan uang.
Sampai-sampai pada teori ekonomi pun kita dengar “dengan modal sekecil-kecilnya bisa
meraup hasil sebesar-besarnya”. Itu semua
dikarenakan orientasi kehidupan mereka hanya
bersifat duniawi, sehingga terlahirlah masyarakat-
masyarakat kapitalis.

Jauh lebih mendasar dari pandangan hidup barat
tentang waktu ini, sebenarnya ada pepatah arab
yang lebih mengena. Orang Arab bilang: “waktu
ibarat sebilah pedang”. Jika pedang itu tidak bisa
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, maka ia
akan memotong lehermu. Demikianlah mereka memberi kiasan terhadap waktu. Sebuah kiasan
yang sifatnya menyeluruh. Karena waktu bukan
hanya untuk urusan duit, tetapi mencakup seluruh
tindak tanduk keseharian seseorang baik ibadah
ataupun muamalahnya.

Hassan al-Bashri rahimahullah pernah berpesan:
“wahai anak adam, sesungguhnya kamu itu waktu,
setiap berlalu satu hari maka berlalulah sebagian
kamu”. Hal ini menandakan betapa berharganya
nilai waktu walaupun hanya sedetik. Karena waktu
adalah sahabat yang paling setia menemani seseorang. Ia tak akan berpisah, meski bumi
terbelah dua.

Ibnu Mas’ud r. A. Berkata: “aku begitu membenci
orang-orang yang menganggur, yaitu mereka yang
tak berbuat untuk hal dunianya ataupun
akhiratnya”. Maka pantas saja Allah memberi
peringatan yang tidak sedikit kepada hambanya
untuk masalah waktu ini. Bahkan di antara seratus empat belas surat yang termaktub dalam al-Quran,
Allah memberi satu nama surat dengan sebutan al-
Ashri (Masa).

Dalam surat al-Ashri tersebut, Allah mengingatkan
hambaNya tentang ruginya orang yang tidak
memanfaatkan waktu. Yaitu mereka-mereka yang
tidak beriman dan juga tidak senantiasa
melakukan amal-amal kebajikan. Terlebih lagi
mereka yang tidak pernah saling memberi nasihat dalam hal kebenaran dan kesabaran.

Waktu bukan hanya miliknya para pejabat, bukan
juga miliknya pengusaha ataupun mereka-mereka
yang super sibuk. Akan tetapi waktu adalah milik
kita semua, oleh karena tidak ada kerugian yang
paling rugi selain hilangnya sedetik waktu yang
berlalu sia-sia. Sebab ia tidak akan kembali. Maka dari itu manfaatkanlah.

Rasulullah saw bersabda: “Pergunakanlah lima
perkara sebelum datang lima perkara. Pertama,
kehidupanmu sebelum datang kematianmu. Kedua,
masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu.
Ketiga, masa luangmu sebelum datang masa
sibukmu. Keempat, masa mudamu sebelum datang masa tuamu. Kelima, masa kayamu sebelum
datang masa miskinmu.” (HR. Hakim)
Kamis, 05 Januari 2012 06.52

Buah dari sifat kehati-hatian



Assalamuala'ikum..

Sebagai makhluk sosial manusia tidak pernah lepas
dari perselisihan dan perdebatan. Penyebabnya bisa
bermacam-macam, demikian juga dengan ujung
perselisihan tersebut, ada yang berdamai, ada pula
yang terus saling memusuhi. Jika mereka orang yang
berakhlak mulia maka akhir permasalahan adalah kedamaian dan hikmah yang luar biasa, namun jika
mereka orang-orang yang serakah dan sombong -
wal iyadzu billah- maka permasalahan yang sepele
bisa berujung ke pertumpahan darah.


Pembaca -rahikumullah-, menjaga diri dari
keharaman (wara’ atau iffah) adalah hal yag sangat mulia. Oleh karena itu, sifat wara’ patut menjadi
perhiasan setiap muslim. Dengan memilki sifat
tersebut, hilanglah sifat serakah dan tama’ terhadap
urusan dunia. Pemilik sifat ini akan mendahulukan
hak orang lain dari pada haknya sediri, sehingga
permusuhan, pertikaian dan saling membelakangi dapat dihindari dan akahirnya hati pun penuh
dengan kedamaian.

Kisah shahih berikut ini adalah bukti nyata bahwa sifat wara’ dan zuhud dari harta dunia bila
menghiasi seseorang muslim dapat menyatukan hati
yang berseteru. Namun jika dia sirna dari dada
manusia, maka yang terjadi adalah saling tadaabur
(saling membelakangi) dan takholuf (saling
bertikai).

Semoga kita dapat mengambil mutiara hikmah dari kisah shahih berikut ini untuk selanjutnya mengamalkannnya dalam kehidupan kita sehari-
hari, sehingga sifat wara’ terpatri dalam jiwa kita,
menjadikan diri kita uswah bagi saudara kita dan
menjadi cerminan indahnya akhlak ihsan yang
mengikuti sunah Nabiwiyyah. Wallahul Muwaffiq.


Al-Kisah

Dari sahabat Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada
seorang pembeli tanah perkarangan dari seorang
yang lain, kemudian secara tidak sengaja sang
pembeli tersebut menemukan sebuah tembikar
berisikan emas di dalam tanah yang dibelinya. Sang pembeli tanah itu berkata kepada penjual tanah,
‘Ambilah emasmu ini, karena aku hanya membeli
tanah saja darimu dan tidak membeli emas.’ Sang
penjual tanah itu menjawab, ‘Sesungguhnya saya
sudah menjual tanah itu kepadamu beserta isinya,
(maka emas itu menjadi milikmu pen.).’ Kemudian keduanya sepakat mengajukan perkaranya kepada
seseorang, maka laki-laki tersebut akhirnya
memberikan keputusan, ‘Apakah kalian berdua
memiliki anak?’ Maka salah satu dari keduanya
menjawab, ‘Aku memliki seorang anak laki-laki.’
Dan berkata yang lain, ‘Aku memliki seorang anak wanita.’ Kemudian laki-laki itu mengatakan,
‘Nikahanlah keduanya dan sedekahkanlah harta itu
untuk keduanya.’ Maka mereka pun
melakukannya.”

Kisah diatas diriwayatkan oleh Al-Imam Bukhari
dalam kitab Ahaditsul Anbiya’ (3472) dan Imam
Muslim dalam Kitabul Aqdiyah bab Islahul Hakim
bainal Mutahassinain (1721).


Pelajarang dari Kisah

Kisah diatas sungguh sangat menakjubkan, kita
mendapati perbedaan yang nyata antara jiwa yang
wara’ dengan kondisi masyarakat modern yang
kebanyakan tidak memiliki sifat mulia ini, sekali
pun kebanyakan mereka mengaku sebagai manusia
beradab dan berakhlak.

Jika saja kasus ini terjadi d tengah-tengah
masyarakat kita, mungkin saja pihak pembeli akan
mempertahankan emas itu dengan berdalih bahwa
dia telah membeli tanah itu berserta semua isinya.
Sedang pihak penjual akan mempertahankannya
mati-matian dengan dalih bahwa dia hanya menjual tanahnya saja, tidak termasuk emas dalam tembikar
yang terpendam.

Insan yang memilki sifat wara’ sangat khawatir bila
dalam hartanya terdapat harta orang lain, ia tidak
mau menanggung dosa karena memiliki harta yang
bukan haknya, mereka mengimani hari
pertanggungjawaban.

Seorang yang shalih lagi wara’ memahami bahwa
memakan harta yang haram dapat mendatangka
kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahkan
dapat menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka.
Dia memahami pula bahwa pada hari kiamat
kebaikan-kebaikannya akan diambil oleh orang yang dizalimi.

Seseorang yang cerdas akan berhati-hati jangan
sampai dirinya memakan harta yang haram,
sebagaimana ia akan selalu berusaha mencari dan
memberikan harta itu kepada pemiliknya
sebagaimana yang dilakukan oleh dua orang dalam
kisah di atas.

Memang benar, manusia memilki sifat tamak
teradap barang berharga seperti emas, perak, dan
yang lainnya sebagaimana hal ini dinashkan oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya,

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang
ternak, sawah lading. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allohlah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Al-Imran: 14)

Bahkan kecintaan manusia tersebut terkadang
menjadikan mereka saling hasad, saling membenci,
dan saling membelakangi, bahkan berani
menghalalkan sesuatu yang haram, membunuh jiwa
yang terjaga darahnya dan membuahkan
pesengkataan yang berkepanjangan.

Raab kita Subhanahu wa Ta’ala telah megabarkan,
bahwa penyakit ini pun menjangkiti orang-orang
paham agama, Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan
rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta
orang dengan jalan bathil dan mereka menghalang-
halangi (manusia) dari jalan Alloh. Dan orang-
orang yang menympan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Alloh, maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka
akan mendapat) siksa yang pedih.” (QS. at-Taubah:
34)

Sifat yang demikian mulia ini mudah didapati pada
orang-orang terdahulu. Dahulu ada seorang mujahid
membawa harta yang sangat banyak kemudian ia
berikan kepada panglima perangnya untuk
digunakan di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
ia tidak mengambil darinya sedikit pun. Sifat tersebut sepertinya sudah jarang dijumpai pada
zaman kita sekarang ini. Alhamdulillah di tengah
zaman matrealistis ini, masih ada segelintir orang
yang dirahmati Allah dengan dikaruniai sifat mulia
ini, tentunya jumlah mereka sangat langka.
Nasalulloh al-‘afiyah.


Catatan

Dalam syariat kita, emas tersebut adalah hak
penjual, karena emas dalam tembikar itu bukanlah
bagian dari tanah yang dijual, tapi emas itu adalah
barang lain yang terpisah dari tanah, sehingga ia
tidak masuk dalam akad jual beli tanah tersebut,
berbeda jika emas itu masih menyatu dengan tanah berupa bahan tambang.

Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan, “Adapun hukum
dari masalah ini, para ulama mengatakan, jika
seseorang menjual tanah kepada orang lain. Lalu si
pembeli itu mendapatkan sesuatu yang dipendam di
dalamnya baik emas atau yang selainnya, maka dia
tidak berhak memilikinya, tetapi harta itu adalah milik penjual tanah tersebut. Bila penjual tersebut
dahulunya membeli tanah itu dari orang lain, maka
harta itu adalah haknya pemilik tanah yang
pertama, karena harta yang terpendam tersebut
bukan bagian dari tanah yang ia beli. Berbeda
dengan barang tambang, bila seseorang membeli sebidang tanah lalu ia mendapati dalam tanah yang
ia beli tersebut barang tambang baik emas, perak,
besi, atau yang selainnya maka barang-barang
tersebut mengikuti kepemilikan (pembeli) tanah
tersebut.” Wallahu a’lam.

Mutiara Kisah

1. Keutamaan sifat wara’ dan meninggalkan hal
syubhat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang meninggalkan barang syubhat
maka sunggih ia telah membersihkan agama da
kehormatannya, dan barangsiapa yang
menjerumuskan ke dalam syubhat berarti ia telah
terjatuh pada keharaman, seperti pengembala yang
mengembala di sekitar daerah larangan maka hampir-hampir ia masuk ke dalamnya…” (HR.
Bukhari, no.52 dan Muslim, no.1599)

2. Wajibnya mengembalikan barang temuan kepada
pemiliknya bila ia mengetahui siapa pemiliknya.

Apabila seseorang mendapati harta yang terpendam
dan memungkinkan baginya untuk mencari tahu
siapa pemiliknya, karena barang itu bukanlah
barang terpendam dalam kurun waktu yang sangat
lama, maka hukumnya adalah hukuman barang
luqothoh (barang temuan). Ia wajib mencari tahu siapa pemiliknya dan memberikan harta itu kepada
pemiliknya, namun bila harta tersebut adalah harta
yang terpendam lama dan merupakan harta
peninggalan di masa lampau yang tidak diketahui
lagi siapa pemiliknya, maka dia itu adalah harta
rikaz (harta karun) yang ia berhak memilikinya setelah ia mengeluarkan zakatnya sebesar (20%).

3. Dorongan untuk berbuat jujur dan wara’ dalam
bermuamalah

Kejujuran adalah barang mahal yang sering
dilalaikan di zaman kita sekarang ini, padahal
bersifat jujur dan zuhud dari apa yang diperebutkan
dan dicintai manusia akan mendatangkan kecintaan
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kecintaan manusia.

Dari Sahl bin Sa’ad beliau mengatakan,

Datang seorang laki-laki kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam seraya mengatakan, “Wahai
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
tunjukkanlah kepadaku suatu amalan jika aku
mengamalkannya maka Allah Subhanahu wa Ta’ala
akan mencintaiku dan manusia juga mencintaiku?” Maka beliau menjawab, “Zuhudlah dari perkara
dunia maka Allah akan mencintaimu dan zuhudlah
dari apa yang ada pada manusia maka manusia
akan mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah)

4. Selayaknya bagi orang yang bersengketa untuk
melaksanakan keputusan hakim, selama keputusan
tersebut tidak bertentangan dengan Al-Kitab dan
sunah.

Dalam kisah diatas, keputusan yang diberikan laki-
laki itu sangat menakjubkan, dia telah mengikatkan
keduanya dengan pertalian kekeluargaan melalui
perkawinan. Perkawinan antara dua keluarga yang
sama-sama baik akhlaknya akan menguatkan tali
keimanan dan diharapkan nantinya akan menghasilkan keturunan yang berimand an
berakhlak mulia.

5. Syariat jual-beli telah ada pada umat-umat
sebelum kita, kerajinan tangan pun telah ada sejak
zaman dahulu dengan dalil dijumpainya bejana
berisikan emas di dalam tanah pada zaman itu.

6. Dikisahkan, sang pemutus perkara untuk
menyuruh mereka berdua menyedekahkan emas
yang mereka temukan kepada kedua anak mereka.
Hal ini merupakan dorongan bagi kita untuk
bersedekah dan berinfak di jalan Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Wallohu a’lam.

Wassalamu'alaikum..

Sumber: Majalah Al Furqon, Edisi 11 Tahun ke-7
1429 H / 2008

Memaafkan Seperti Rasulullah Sallallahu AlaihiWassalam


Ini adalah kisah teladan bagi umat manusia. Ini
adalah kisah dari seorang manusia yang mulia.
Seseorang yang begitu dikasihi oleh para makhluk
penghuni langit dan seisi dunia. Dialah kekasih
Allah, Rasulullah Sallallahu Alaihi wassalam, yang
namanya akan terus abadi dan terukir dihati para pengikut beliau, bahkan sampai di akhir jaman. Ini
adalah kisah dari seorang manusia yang mulia, yang
berakhlak mulia, dan yang akan selalu di muliakan.

Sebuah kisah berawal di sudut pasar Madinah Al-
Munawarah. Disana hiduplah seorang seorang
pengemis Yahudi buta, yang hari demi hari apabila
ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata
"Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia
itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan
dipengaruhinya".

Namun setiap pagi pula, Rasulullah sallallahu
alaihi wassalam mendatanginya. Beliaupun tak
pernah lupa untuk selalu membawakan pengemis
tersebut makanan. Semua itu beliau lakukan dengan
tanpa berkata sepatah kata pun. Dengan tetap
rendah hati dan penuh kasih sayang, beliau menyuap makanan yang dibawanya tersebut,
kepada sang pengemis. Dan setiap itu pula, si
pengemis tak lupa berpesan dengan kalimat yang
sama. Namun, Rasulullah Sallallahu alaihi
wassalam masih dan terus melanjutkan kebiasaan
itu, sampai akhirnya beliau wafat.

Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah
anaknya Aisyah r.a. Abubakar r.a bertanya kepada
putrinya tersebut, tentang adakah sunnah dari
Rasulullah sallallahu alaihi wassalam yang belum
dikerjakannya. Aisyah r.a kemudian menjelaskan
bahwa setiap pagi Rasulullah Sallallahu alaihi selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan
makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang
berada di sana.

Keesokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar
dengan membawa makanan dan menemui pengemis
buta itu. Beliau mendatanginya dan memberikan
makanan kepada si pengemis yahudi.

Ketika beliau mulai menyuapinya, tiba- tiba si
pengemis itu berteriak,
"Siapa kau ? engkau bukan orang yang biasa
mendatangiku. Apabila dia datang kepadaku, aku
tak perlu memegang dan mengunyah makananku
sendiri. Dia yang biasa menghaluskan makanan itu dengan mulutnya, setelah itu dia menyuapkannya
untukku", kata pengemis itu dengan nada marah.

Subhanallah, Abubakar r.a. terkejut mendengar
kalimat itu, dan selanjutnya beliau tidak dapat
menahan air matanya. Sambil menangis, Beliau
menceritakan kepada pengemis itu, bahwa beliau
memang bukanlah orang yang terbiasa datang
kepadanya. Dia adalah sahabat manusia mulia tersebut.

“Beliau adalah Rasulullah Muhammad Sallallahu
Alaihi Wassalam.” Lanjut Abu bakar r.a.

Mendengar cerita dari beliau, Seketika itu si
pengemis pun ikut menangis dan kemudian berkata,

“Selama ini aku selalu menghinanya,
memfitnahnya, tapi dia tidak pernah memarahiku
sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa
makanan setiap pagi. Dia benar- benar sangat
mulia” cerita sang pengemis dengan terisak.

Dan di akhir kisah, akhirnya si Pengemis Yahudi
buta tersebut, bersyahadat dihadapan Abubakar r.a.

Subhanallah, sungguh mulia pribadi Rasulullah
Sallallahu alaihi wassalam. Beliau mengajarkan
kepada kita tentang bersikap arif kepada orang
miskin, dan tetap memperlakukan sesama kita
dengan baik, walau bagaimanapun jahatnya mereka
atas kita. Beliau juga mengajarkan tentang kedalaman kebaikan dari sebuah memaafkan, dan
kasih sayang dalam mengasihi. Semoga rahmat
Allah selalu tercurah untuk beliau, Allahumma shalli
'ala Muhammad wa ala 'aali Muhammad.
(NayMa/Voa-islam.com)

Aku Seorang Muslim, TULEN!


Aku adalah Seorang Muslim Tulen
Yang kudu jalanin islam dengan paten
Dan aku merasa ini adalah sangat keren
Gimana nggak, dari Islam aku belajar untuk nggak
plin-plan
Dan kudu bisa teguh dengan sebuah pegangan Dan akidah bukanlah cuman sebagai gaya- gayaan
Dan akidah bukanlah cuma sebagai label pajangan


Islam ngedidik aku menjadi pribadi yang sip
Walaupun masih muda tapi kudu punya prinsip
Islam itu agama yang suci
Nggak boleh di nodai dengan selera yang nggak
jelas dengan alasan improfisasi
Walaupun mereka mengejek aku dengan sebutan aliran keras
Andai aja mereka tahu, ini bukan keras tapi tegas
Mereka yang harusnya tanya sama diri sendiri
Tentang prinsip mereka yang dengan gampangnya
bisa wara- wiri


Teman!...
Akidah adalah bukan masalah tawar-menawar
Yang kalo nggak suka, bisa dilepas dan.. ah cuma
sekedar hal yang datar



Dan akidah adalah bukan masalah tawar-menawar
Yang kalo nggak suka, bisa dilepas dan.. ah cuma sekedar hal yang datar Wahai temanku para muda,
Yang masih penuh dengan semangat didada
Apa yang sebenarnya kamu cari?
Sampai kamu menjadi tidak percaya diri
Dan akhirnya menjadi plagiat sejati
Padahal islam mengajarkan kita untuk selalu teguh hati
Memegang akidah yang benar- benar murni
Tak tercampuri kepentingan duniawi


Lalu mengapa kau relakan dirimu mengikuti tradisi
orang- orang kafir?
Kamu nggak ngerti atau memang nggak mikir?
Kalo yang begitu Adalah sangat dilarang dalam
islam
Kalo yang begitu adalah bisa membuat imanmu semakin kelam
kalo yang begitu adalah sesat dan menyesatkan
Kalo yang begitu adalah hal yang sungguh
mengerikan


Maka jangan ganggu mereka
Jika mereka tidak dahulu mengganggu kita
Tapi juga jangan pernah ikuti mereka
Kita adalah muslim tulen
Yang seharusnya bersikap so gentlemen
Yang juga HARUS punya prinsip tegas Nggak sekedar ikut arus yang nggak jelas!


Jangan risau dengan rejeki
Jangan risau dengan caci maki
Allah maha pembela, bagi hambanya yang bertahan
Bertahan dalam kemurnian islam dan iman
bertahan dalam akidah suci
Walau dengan itu, duniamu terasa terkunci


Allah Akan bangga kepadamu
Atas imanmu yang begitu terjaga
Dan akidahmu yang sangat berharga
Jadi Ingatlah, wahai temanku para muda...
Jangan pernah tukar Allah dengan dunia
Jangan pernah tukar Allah demi yang sedikit Yang akhirnya hanya pasti akan buat kamu sakit
Hanya Allah yang kau punya, bahkan saat kau tidak
mempunyai apa- apa lagi
Dan dijamin kau pasti tidak akan rugi
Pilihanmu adalah yang paling terbaik dan paling
terpuji


Lalu mengapa kau masih merelakan dirimu
mengikuti tradisi orang- orang kafir?
Kamu nggak ngerti atau memang nggak mikir?
Kalo yang begitu Adalah sangat dilarang dalam
islam
Kalo yang begitu adalah bisa membuat imanmu semakin kelam
kalo yang begitu adalah sesat dan menyesatkan
Kalo yang begitu adalah hal yang sungguh
mengerikan. (NayMa/voa-islam.com)

Makna Selembar Kain Yang Menutup Wajah


Makna selembar kain yang menutup wajah anggun itu, ia bukanlah tempat bersembunyi agar wajah pas-pasan tidak terlihat, bukan pula tempat menutup wajah cantik nan menawan, ia adalah kain penutup yang bermakna ketakwaan. Ketakwaan seorang wanita pada Allah dan Rasul-Nya, sebagai bentuk rasa berserah sang hamba pada-Nya.

Makna selembar kain yang menutup di wajah ini, ia bukanlah sarana untuk membanggakan diri agar terlihat lebih baik daripada yang lain, bukan pula alat untuk unjuk gigi agar disebut shalihah ketimbang yang tidak menutup muka, juga bukan benda yang difungsikan untuk pamer dan riya’. Ia adalah pakaian anggun yang mempunyai fungsi sebagai pengontrol, agar terkendali sikap ini berbuat
aniaya dan hina. Pengendali agar diri tidak terjerat pada ajang tebar pesona, entah di dunia nyata atau maya.

Makna selembar kain yang menempel di wajah ini, ia bukanlah kain yang dikenakan untuk tujuan meraup simpati, tidak juga untuk tebar pesona dan gengsi. Ia adalah kain yang mempunyai berlapis- lapis manfaat, agar terjaga pandangan ini, terjaga sikap ini pada lawan jenis yang bukan mahram, juga untuk melindungi diri dari gangguan manusia jahil.

Makna selembar kain di wajah ini, ia bukanlah alat untuk meneriakkan ‘aku wanita bercadar yang lebih baik dari kalian yang tidak bercadar’, tetapi ia adalah alat untuk menutup aurat dan membedakan jati diri muslimah dengan yang lain, yang dikenakan bukan untuk merasa lebih baik dari yang tidak bercadar. Ia adalah alat untuk mengukur diri, sudah benarkah sikap ini sebagai muslimah sejati? Juga sebagai alat untuk menahan diri dari kehidupan dunia gemerlap.

Makna selembar kain yang melekat di wajah ini, ia bukanlah kain yang cukup diartikan sebagai penutup wajah saja. Ia adalah kain yang hendaknya membuat diri pemakai semakin giat mencari tahu, kenapa harus mengenakannya, agar pemakai tidak jatuh pada taqlid/buta.

Makna selembar kain yang membalut diwajah ini, ia
bukanlah pertanda bahwa berarti pemakainya adalah manusia istimewa, tetapi dari kain itulah wanita belajar agar istimewa, menghindari pujian, menepis sanjungan, menolak simpati murahan.

By: Yulianna PS Penulis Kumcer “Hidayah Pelipur Cinta” [voa-islam.com]
Rabu, 04 Januari 2012 23.09

Menjaga Kesehatan Otak Kita


Otak yang ukurannya kira-kira seperlima puluh
bagian tubuh manusia merupakan bagian paling
penting yang membutuhkan relatif banyak energi di
bandingkan bagian tubuh yang lain. Kurangnya
nutrisi otak, seperti multivitamin, asam amino dan
mineral, sangat mempengaruhi daya maksimal otak, yang akhirnya juga mempengaruhi stamina tubuh.
Dan, saat pikiran atau otak lelah, tubuh juga akan
merasakan lelah, sehingga kita tidak akan bisa
produktif.

Maka dari itu, kenali beberapa tips di bawah ini
untuk menjaga agar otak tetap sehat :


1. Makan secara teratur Tim peneliti di Italia, menemukan bahwa makanan
ternyata bisa mengaktifkan molekul-molekul di
otak dan dapat membuat otak berumur panjang.
Molekul tersebut bernama CREB1. Fungsi dari
CREB1 ini adalah mengaktifkan banyak gen yang
terkait dengan usia dan fungsi otak. CREB1 dikenal memiliki fungsi penting bagi otak untuk
kemampuan mengingat, mengatur proses belajar
dan kecemasan dan mengurangi penuaan.


2. Perbanyak makan ikan. Ikan dapat melindungi otak dari penuaan, karena
ikan mengandung vitamin dan asam lemak omega 3
yang menyebabkan otak kita jarang mengalami
penyusutan dan memiliki kinerja mental yang lebih
baik. Selain itu, asam lemak omega 3 juga
merupakan komponen penting dari membran sel otak dan dapat memperbaiki kekuatan daya ingat,
sehingga mengurangi resiko kepikunan di usia
lanjut.


Sebuah penelitian yang merupakan gabungan dari
para peneliti dari Oregon Health and Science
University, Portland VA Medical Center, dan Oregon State University, melakukan scan otak
kepada 42 peserta. Mereka menemukan bahwa
bahwa orang dengan kandungan tinggi vitamin dan
omega 3 dalam darahnya cenderung memiliki
volume otak yang lebih besar. Sedangkan orang
yang darahnya banyak terkandungan lemak trans memiliki volume otak yang lebih kecil.


3. Konsumsi makanan bervitamin B

a. Vitamin B1 (Tiamin) Tiamin membantu pertumbuhan organ dan system
syaraf pusat pada bayi. Terdapat pada segala jenis
makanan padi-padian dan bahan yang
difortifikasi, seperti roti, sereal, wheat dan pasta.
Defisiensi (kekurangan) tiamin menyebabkan :
Keletihan, lemah daya ingat, kekacauan mental, penyimpangan perilaku, dan cepat marah

b. Vitamin B5 (Asam Pantotenat) Merupakan bentuk koenzym yang membantu
mengantar rangsangan saraf. Sumber vitamin B5
adalah daging, unggas, ikan, sereal, biji-bijian,
susu, dan sayur.

c. Vitamin B6 (Piridoksin) Membantu perkembangan otak dan system saraf
bayi, disamping membentuk sel darah merah baru.
Selain itu Vitamin B6 membantu mengubah
triptofan menjadi serotonin yaitu zat kimia otak
yang menimbulkan rasa tenang bagi tubuh. Terdapat
pada daging ayam, hati, pisang, semangka, kacang panjang, dan produk yang difortifikasi misalnya
sereal. Defisiensi vitamin B6 berdampak cepat
marah, mudah letih, daya konsentrasi lemah,
kebiasaan tidur yang buruk, dan lemah daya ingat

d. Vitamin B12 (sianokobalamin) Vitamin B12 bersama asam folat membantu ibu dan
bayi memproduksi sel darah merah yang sehat dan
membantu pengembangan otak janin dan system
saraf. Sumber vitamin B12 adalah daging merah,
ayam, ikan, kerang, telur, dan makan yang
mengandung susu.

e. Asam Folat Merupakan salah satu kelompok vitamin B yang
larut dalam air dan cepat rusak jika terpapar panas.
Asam folat terdapat secara alami pada bayam,
brokoli,pok coy, asparagus, kol,daging, gandum,
telur, susu dan keju. Selain itu terdapat pada bahan
yang difortifikasi, seperti sereal dan susu. Asam folat membantu pembuatan zat-zat di dalam otak
yang penting untuk menyimpan data dalam daya
ingat. Kekurangan asam folat semasa hamil dapat
menyebabkan kelainan bawaan pada otak, tulang
kepala dan sumsum tulang belakang (neural tube
defect) yang dijumpai sebagai anensefalus, hidrosefalus, mikrosefalus, dan spina bifida.
Setelah bayi lahir, asam folat dibutuhkan untuk
pembentukan selubung saraf otak.

4. Hindari makanan cepat saji. Sebuah lembaga nirlaba di Inggris bernama
Alzheimer's Research UK merasa terpanggil untuk
meneliti makanan yang berisiko menyebabkan
demensia atau kepikunan. Menurut hasil di
lapangan, lemak trans yang ditemukan dalam
makanan cepat saji berkaitan dengan rendahnya nilai tes mental dan penyusutan otak yang khas
ditemui pada penyakit Alzheimer.


5. Latih mental anda Rangsangan mental dapat menjaga otak tetap sehat
dan meningkatkan kekuatan daya ingat. Orang yang
memiliki daya ingat bagus cenderung memiliki
berbagai keinginan dan dapat mengatasi tantangan
latihan mental. Anda dapat melatih otak anda
dengan menggunakan teknik seperti puzzle, teka- teki dan minat pada bidang sosial dan budaya.

6. Olah raga Cukup dengan setengah jam setiap tiga kali dalam
seminggu untuk berolah raga, akan memberi
dampak yang bagus untuk peningkatan kekuatan
otak anda, karena olah raga dapat memperbaiki
kemampuan jantung untuk memompa darah lebih
efektif.

7. Istirahat yang cukup Istirahat cukup yang dilakukan secara rutin dapat
membantu perbaikan memori. Demikian hasil
penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di
RIKEN Brain Science Institute, Tokyo, Jepang.
Para peneliti menemukan sintesis protein di otak
kecil memegang peranan penting dalam keajaiban tersebut. Istirahat cukup secara rutin menimbulkan
efek jarak. Efek jarak tersebut yang diyakini
membantu otak bagian memori pulih secara
bertahap. Para peneliti juga menemukan efek jarak
juga bekerja dengan cara yang unik pada proses
belajar. Mereka yang belajar sedikit demi sedikit tanpa tekanan akan lebih mudah mengingat ilmu
yang dipelajarinya dibandingkan mereka yang
belajar dengan cara diforsir.

Sumber (voa-islam.com)

Do'a agar baik dalam amalan akhir

(•͡˘˛˘ •͡) Do'a agar baik dalam amalan akhir (•͡˘˛˘ •͡)

Do’a sederhana yang sudah sepatutnya kita hafal
dan amalkan karena begitu ringkas namun
kandungannya amat mendalam.


Do’a tersebut adalah:

Allahumma ahsin ‘aqibatanaa fil umuuri kullihaa,
wa ajirnaa min khizyid dunyaa wa ‘adzabil akhiroh.
(Ya Allah, baguskanlah setiap akhir urusan kami,
dan selamatkanlah dari kebinasaan di dunia dan
dari siksa akhirat)



Penjelasan:

Maksud do’a “Allahumma ahsin ‘aqibatanaa fil
umuuri kullihaa” adalah Ya Allah jadikanlah setiap
urusan kami itu baik dan thoyib. Karena setiap
amalan tergantung pada akhirnya. Maka jadikanlah
setiap amalan kami itu baik, diridhoi oleh-Mu,
tetapkanlah kami terus dalam keadaan baik sehingga kami kembali pada-Mu dalam keadaan
yang paling baik.

Sedangkan penggalan do’a “ajirnaa min khizyid
dunyaa”, selamatkanlah kami dari kebinasaan di
dunia yaitu musibah, berbagai tipu daya, kejelekan
dan kehinaan di dalamnya.

Penggalan do’a yang terakhir “wa ‘adzabil akhiroh”,
selamatkanlah kami dari seluruh siksa di akhirat
karena kalimatnya adalah umum (sebab adanya
idhofah pada isim jenis), artinya mencakup seluruh
siksaan yang ada di akhirat.

Do’a ini mengandung permintaan agar diberi
keselamatan, juga rasa aman dari segala sisi.
Karena barangsiapa yang terselamatkan dari
kehinaan dunia dan siksa di akhirat, maka ia telah
mendapatkan kebaikan besar di dunia negeri. Jika
terselamatkan, berarti ia selamat dari segala kejelekan. Do’a ini benar-benar adalah do’a yang
jawami’ul kalim (ringkas, syarat makna, mencakup
berbagai hal).






*****************************************
Semoga do’a sederhana ini bisa kita amalkan agar
kita memperoleh keselamatan di setiap saat, di
setiap tempat di negeri ini dan di akhirat kelak.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush
sholihaat.
﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑﹑

HR. Ahmad 4: 181. Kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth, periwayat hadits ini tsiqoh kecuali Ayyub
bin Maysaroh. Telah meriwayatkannya dua orang
dan Ibnu Hibban menyebutkannya dalam ats tsiqoot.
Sedangkan Busr bin Arthoh terdapat perselisihan
akan shahihnya.

sumber: Rumaysho site
(Arrahmah.com)

Wassalamualaykum warohmatullohi wabarokatuh..

PRIBADI TO DO, TO HAVE, ATAU TO BE


~“Kegembiraan
terbesar
dalam hidup adalah
keyakinan
bahwa kita dicintai. Oleh karenanya,
kita
membagikan
cinta bagi orang
lain.” (Victor Hugo)~

Tidak ada yang bisa menghentikan waktu. Ia terus maju. Umur terus bertambah. Manusia pun mengalami babak-babak dalam hidupnya. Saat masuk fase dewasa, orang memasuki tiga tahapan kehidupan.

Ada masa di mana orang terfokus untuk melakukan sesuatu (to do). Ada saat memfokuskan diri untuk mengumpulkan (to have). Ada yang giat mencari makna hidup (to be). Celakanya, tidak semua orang mampu melewati tiga tahapan proses itu.

Fase pertama, fase to do. Pada fase ini, orang masih produktif. Orang bekerja giat dengan seribu satu alasan. Tapi, banyak orang kecanduan kerja, membanting tulang, sampai mengorbankan banyak hal, tetap tidak menghasilkan buah yang lebih baik. Ini sangat menyedihkan. Orang dibekap oleh kesibukan, tapi tidak ada kemajuan. Hal itu tergambar dalam cerita singkat ini. Ada orang melihat sebuah sampan di tepi danau. Segera ia meloncat dan mulailah mendayung. Ia terus mendayung dengan semangat. Sampan memang bergerak. Tapi, tidak juga menjauh dari bibir danau. Orang itu sadar, sampan itu masih terikat dengan tali di sebuah tiang.


Nah, kebanyakan dari kita, merasa sudah bekerja banyak. Tapi, ternyata tidak produktif. Seorang kolega memutuskan keluar dari perusahaan. Ia mau membangun bisnis sendiri. Dengan gembira, ia mempromosikan bisnisnya. Kartu nama dan brosur disebar. Ia bertingkah sebagai orang sibuk.


Tapi, dua tahun berlalu, tapi bisnisnya belum menghasilkan apa-apa. Tentu, kondisi ini sangat memprihatinkan. Jay Abraham, pakar motivasi bidang keuangan dan marketing pernah berujar, “Banyak orang mengatakan berbisnis. Tapi, tidak ada hasil apa pun. Itu bukanlah bisnis.” Marilah kita menengok hidup kita sendiri. Apakah kita hanya sibuk dan bekerja giat, tapi tanpa sadar kita tidak menghasilkan apa-apa?

Fase kedua, fase to have. Pada fase ini, orang mulai menghasilkan. Tapi, ada bahaya, orang akan terjebak dalam kesibukan mengumpulkan harta benda saja. Orang terobesesi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Meski hartanya segunung, tapi dia tidak mampu menikmati kehidupan. Matanya telah tertutup materi dan lupa memandangi berbagai keindahan dan kejutan dalam hidup. Lebih- lebih, memberikan secuil arti bagi hidup yang sudah dijalani. Banyak orang masuk dalam fase ini.

Dunia senantiasa mengundang kita untuk memiliki banyak hal. Sentra-sentra perbelanjaan yang mengepung dari berbagai arah telah memaksa kita untuk mengkonsumsi banyak barang.

Bahkan, dunia menawarkan persepsi baru. Orang yang sukses adalah orang yang mempunyai banyak hal. Tapi, persepsi keliru ini sering membuat orang mengorbankan banyak hal. Entah itu perkawinan, keluarga, kesehatan, maupun spiritual.

Secara psikologis, fase itu tidaklah buruk. Harga diri dan rasa kepuasan diri bisa dibangun dengan prestasi-prestasi yang dimiliki. Namun, persoalan terletak pada kelekatannya. Orang tidak lagi menjadi pribadi yang merdeka.

Seorang sahabat yang menjadi direktur produksi membeberkan kejujuran di balik kesuksesannya. Ia meratapi relasi dengan kedua anaknya yang memburuk. “Andai saja meja kerja saya ini mampu bercerita tentang betapa banyak air mata yang menetes di sini, mungkin meja ini bisa bercerita tentang kesepian batin saya…,” katanya.

Fase itu menjadi pembuktian jati diri kita. Kita perlu melewatinya. Tapi, ini seperti minum air laut. Semakin banyak minum, semakin kita haus. Akhirnya, kita terobsesi untuk minum lebih banyak lagi.

Fase ketiga, fase to be. Pada fase ini, orang tidak hanya bekerja dan mengumpulkan, tapi juga memaknai. Orang terus mengasah kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang semakin baik. Seorang dokter berkisah. Ia terobesesi menjadi kaya karena masa kecilnya cukup miskin. Saat umur menyusuri senja, ia sudah memiliki semuanya. Ia ingin mesyukuri dan memaknai semua itu dengan membuka banyak klinik dan posyandu di desa-desa miskin.

Memaknai hidup
Ia memaknai hidupnya dengan menjadi makna bagi orang lain. Ada juga seorang pebisnis besar dengan latar belakang pertanian hijrah ke desa untuk memberdayakan para petani. Keduanya mengaku sangat menikmati pilihannya itu.

Fase ini merupakan fase kita menjadi pribadi yang lebih bermakna. Kita menjadi pribadi yang berharga bukan karena harta yang kita miliki, melainkan apa yang bisa kita berikan bagi orang lain.

Hidup kita seperti roti. Roti akan berharga jika bisa kita bagikan bagi banyak orang yang membutuhkan. John Maxwell dalam buku Success to Significant mengatakan “Pertanyaan terpenting yang harus diajukan bukanlah apa yang kuperoleh. Tapi, menjadi apakah aku ini?”

Nah, Mahatma Gandhi menjadi contoh konkret pribadi macam ini. Sebenarnya, ia menjadi seorang pengacara sukses. Tapi, ia memilih memperjuangkan seturut nuraninya. Ia menjadi pejuang kemanusiaan bagi kaum papa India.

Nah, di fase manakah hidup kita sekarang? Marilah kita terobsesi bukan dengan bekerja atau memiliki, tetapi menjadi pribadi yang lebih matang, lebih bermakna dan berkontribusi!

Ta kasih bonus link lagunya Ahmad Band - ''Dimensi'' http://youtube.com/watch?gl=US&hl=en&client=mv-google&v=m5ukqcNDveY



PESAN UNTUK ANDA

Jazakumullahu Khairan atas kunjungan anda keblog ini... Blog ini ibarat setetes air di lautan duniamaya, tak ada artinya di banding yg telah adasekarang. Akan tetapi sejuta harapan mendorongkami untuk terus menulis dan menulis... semogaAllah memberkati usaha yg tak seberapa untuk membenahi umat ini.

Namun, apakah arti sebuahtulisan jika tidak dibaca? Lalu apakah arti sebuahbacaan jika tidak berkesan? Dan apakah arti sebuahkesan jika hanya dipendam? Oleh karenanya,sudilah ikhwan dan akhwat sekalian menuliskanwalau sepatah dua patah kata, semoga dengan komentar anda kami jadi semakin bersemangatdalam menulis, dan mengoreksi hal-hal yg perludikoreksi. Wassalaam..

I B U



Luasnya hamparan jerih lelah

Membesarkan anakmu yang penuh salah

Yang selalu kau buka celah

Pintu maaf untuk anakmu yang goyah

Ibu, kau tak pernah berdesah lesu

Dalam kehidupan penuh gelisah

Kau sedih bila ku menyerah

Kau berdoa agar ku terarah

Walau kelak Surga mengarah

Selamanya hati tak 'kan berpisah

Cinta ada di setiap langkah

Kasih mengalir di dalam darah Ibu, kau matahari yang bersinar cerah

Membuat hari-hariku terasa indah

Menuntunku agar tak salah melangkah

Menjagaku hingga tiba di tanah

Sebuah puisi dari anakmu terkasih

Dari sungai kehidupan cinta kasih Bermuara di lautan terima kasih

Untuk pengorbanan Ibunda terkasih

Salam Rindu I b u


PESAN UNTUK ANDA

Jazakumullahu Khairan atas kunjungan anda keblog ini... Blog ini ibarat setetes air di lautan duniamaya, tak ada artinya di banding yg telah adasekarang. Akan tetapi sejuta harapan mendorongkami untuk terus menulis dan menulis... semogaAllah memberkati usaha yg tak seberapa untuk membenahi umat ini.

Namun, apakah arti sebuahtulisan jika tidak dibaca? Lalu apakah arti sebuahbacaan jika tidak berkesan? Dan apakah arti sebuahkesan jika hanya dipendam? Oleh karenanya,sudilah ikhwan dan akhwat sekalian menuliskanwalau sepatah dua patah kata, semoga dengan komentar anda kami jadi semakin bersemangatdalam menulis, dan mengoreksi hal-hal yg perludikoreksi. Wassalaam..

Emak, aku Tetap saja Merindumu.

Ibu… Alihkan pandangan matamu…

jangan sampai hatimu lara dari pandangan yang tak indah ini, dari episode peran terbaru ku kini,

maaf ibu…bukan aku tak butuh belaian dan sebuah perhatian yang selalu melenakanku kala aku masih dalam episode indah dulu…,

tapi… cukuplah kau melihat wajahku tersenyum padamu yang tersirat kebahagiaan, agar ketenangan batinmu nyaman.

Padahal… aku rindu sekali akan belaian itu, dikala kau memelukku saat aku terjatuh karena asiknya bermain sambil berlari- lari layaknya anak-anak kecil.

Terasa nyaman dan aku bangga merasa memiliki kasih sayang yang luas
darimu itu Ibu…

Tapi…cukuplah aku membebanimu dari kau mengandungku, melahirkanku, merawatku dan mendidikku. Kini saatnya beban itu ku tanggung sendiri tanpa kau terbebani lagi. Aku hanya ingin melihatmu bahagia ibu…

Ibu…

Aku ingin sekali cerita suka maupun duka padamu, seperti dulu ketika aku remaja, cerita tentang segala kisahnya, kau tersenyum ketika aku cerita disaat pertama aku jatuh cinta, dan memelukku ketika aku cerita tentang berlikunya cinta . Aku bahagia saat itu…seolah hidup itu tanpa beban…karena dirimu hadir mendampingi hidupku.


Kini…bukan saatnya lagi untuk itu, tapi saatnya untuk membahagiakanmu, setelah aku membebanimu dulu. Walau kerinduanku kini tentang masa itu sangat membuncah, hanya ingin menangis dipelukmu dan belaianmu yang tulus.

Tidak…aku tak ingin air matamu menitik karena merasakan betapa berlikunya episode hidupku kini. Biarkan likunya hidupku kini…aku hadang sendiri dengan keteguhan yang telah kau ajarkan padaku dulu.


Ibu…
Walau kumenemuimu, aku akan datang dengan senyum yang tersirat bahagia, dan akan kupeluk dengan hangat tanpa air mata, sementara akan aku bendung air mata itu, hanya untukmu Ibu….

Biarkan tumpah kini air mataku, disaat tulisan ini tertoreh.

Doaku untukmu…selalu menyertaimu, aku merindu….



PESAN UNTUK ANDA

Jazakumullahu Khairan atas kunjungan anda keblog ini... Blog ini ibarat setetes air di lautan duniamaya, tak ada artinya di banding yg telah adasekarang. Akan tetapi sejuta harapan mendorongkami untuk terus menulis dan menulis... semogaAllah memberkati usaha yg tak seberapa untuk membenahi umat ini.

Namun, apakah arti sebuahtulisan jika tidak dibaca? Lalu apakah arti sebuahbacaan jika tidak berkesan? Dan apakah arti sebuahkesan jika hanya dipendam? Oleh karenanya,sudilah ikhwan dan akhwat sekalian menuliskanwalau sepatah dua patah kata, semoga dengan komentar anda kami jadi semakin bersemangatdalam menulis, dan mengoreksi hal-hal yg perludikoreksi. Wassalaam..

Apakah Dia Bisa Menjadi Istriku Kembali di Surga?

Assalamu 'Alaikum Warahmatullah Wabarakatuhu

Saya mau nanya, istri saya baru meninggal dunia karena habis melahirkan anak kedua saya, dan bayinya meninggal dunia di dalam kandungan pada usia 9 bulan. Yang mau saya tanyakan, apakah nanti saya akan bertemu dengannya dan menjadi istri saya kembali, karena dia termasuk istri yang sholehah, taat & patuh dengan saya, terima kasih.

Dari: Topan Thypon


Wa'alaikum Salam Warahmatullah Wabarakatuhu

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya. Saudaraku Topan yang dirahmati Allah, kami turut berbela sungkawa atas
apa yang Anda alami. Semoga Allah melimpahkan kesabaran kepada Anda sehingga dengan penuh keridhaan menerima ketetapan takdir-Nya. Tidak lupa kami berpesan untuk selalu berharap pahala dari Allah atas musibah ini.

Kami ikut mendoakan Istri Anda yang shalihah, semoga Allah mengampuni dan merahmatinya, juga menerima amal-amalnya. Kami berhusnudzan sebagaimana yang Anda tuturkan, dia termasuk wanita yang mendapat kabar gembira melalui sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,

"Siapa wanita (mukminah) yang meninggal dunia sementara suaminya ridha kepadanya, ia pasti masuk surga." (HR. Al-Tirmizi dan Ibnu Majah, dari Ummu Salamah yang mendengar langsung dari lisan baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam)

Dan satu hal yang menggembirakan, wafatnya istri Anda dalam kondisi hamil dan melahirkan. Terdapat sebuah hadits yang menyebutkan bahwa seorang wanita yang meninggal dunia saat melahirkan akan mendapatkan pahala orang mati syahid, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam,

“Syuhada’ (orang-orang mati syahid) yang selain terbunuh di jalan Allah itu ada tujuh: Korban wabah tha’un adalah syahid, mati tenggelam adalah syahid, penderita penyakit lambung (semacam liver) adalah syahid, mati karena penyakit perut adalah syahid, korban kebakaran adalah syahid, yang mati tertimpa reruntuhan adalah syahid, dan seorang wanita yang meninggal karena melahirkan adalah syahid.” (HR. Malik, Ahmad, Abu Dawud, dan al-nasai, juga Ibnu Majah. Berkata Syu’aib Al Arnauth: hadits shahih).

Ibnu Baththal rahimahullah berkata, “Adapun wanita yang meninggal bijum’in (karena melahirkan),” di dalamnya terdapat dua pendapat: Pertama, wanita yang meninggal karena melahirkan sedangkan anaknya yang berada di perutnya telah sempurna penciptaannya. Dikatakan juga: Apabila dia meninggal ketika nifas maka dia syahid, baik dia telah mengeluarkan anaknya lalu meninggal atau dia meninggal sementara anaknya masih berada di perutnya.

Kedua, adalah wanita yang meninggal masih perawan, sebelum ia mulai menstruasi tersentuh laki-laki.

Dan pendapat pertama lebih masyhur secara bahasa. Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata dalam Al-Mufhim: "Adapun ‘wanita yang meninggal bijum’in (karena melahirkan),’ dikatakan: dengan didhammahkan Jim dan dikasrahkannya, yaitu wanita yang meninggal dalam kondisi hamil, sementara anaknya masih ada di perutnya. Dikatakan: Dia adalah wanita yang meninggal dalam nifasnya dan karena nifas. Dikatakan juga: Yaitu wanita yang meninggal masih perawan dan belum dipecahkan keperawanannya. Dikatakan juga: Perawan yang belum dinikahi. Sedangkan pendapat pertama yang lebih baik dan lebih jelas." Wallahu Ta’ala a’lam.

Imam al-Nawawi rahimahullah berkata, “Adapun 'wanita yang meninggal bijum’in (karena melahirkan),’ -dengan mendhammahkan jim, menfathahkan dan menkasrahkannya, sedangkan dengan dhummah yang lebih masyhur- dikatakan: Wanita yang meninggal dalam kondisi hamil bersama anaknya yang masih di perutnya. Dikatakan juga: Dia adalah wanita perawan, sedangkan yang shahih adalah yang pertama.

” Maka sekarang kewajiban Anda untuk menjaga dan meningkatkan iman dan takwa agar mendapatkan husnul khatimah saat tiba ajal. Karena untuk mencapainya membutuhkan kesungguhan dengan menjaga dan meningkatkan iman dan takwa, lalu berdoa kepada Allah Ta'ala agar diteguhkan. Jika demikian maka diharapkan Anda akan bisa berjumpa dengan istri Anda di surga.

Sepasangan suami-istri, jika keduanya benar-benar shalih di sisi Allah, maka ada harapan bisa bersama lagi di surga. Ini seperti yang Allah firmankan,

"Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya, mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (Yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak- bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya,. . " (QS. Al-Ra'd: 22-23)

Makna al-Shalah (bersama-sama dengan orang-orang yang saleh) adalah iman dan amal shalih, (dinukil dari Aisar Tafasir, Abu Bakar Jabir al-Jazairi).

Imam al-Thabari berkata tentang orang-orang shalih yang akan membersamainya di surga adalah: Shalih iman mereka kepada Allah dan ikutnya mereka kepada perintah Allah dan Rasul-Nya 'Alaihi Salam. Ini sebagaimana yang dikatakan Mujahid tentang firman Allah:
'' Orang yang beriman di dunia. Dalam redaksi lain: orang beriman dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka, dan keturunan mereka.

Semoga Allah menyatukan kembali cinta Anda berdua di surga. Memudahkan Anda dalam menggapai surga-Nya sehingga bisa berkumpul bersama istri dan anak Anda di sana.

Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]


Oleh: Ust. Badrul Tamam


PESAN UNTUK ANDA


Jazakumullahu Khairan atas kunjungan anda keblog ini... Blog ini ibarat setetes air di lautan duniamaya, tak ada artinya di banding yg telah adasekarang. Akan tetapi sejuta harapan mendorongkami untuk terus menulis dan menulis... semogaAllah memberkati usaha yg tak seberapa untuk membenahi umat ini.

Namun, apakah arti sebuahtulisan jika tidak dibaca? Lalu apakah arti sebuahbacaan jika tidak berkesan? Dan apakah arti sebuahkesan jika hanya dipendam? Oleh karenanya,sudilah ikhwan dan akhwat sekalian menuliskanwalau sepatah dua patah kata, semoga dengan komentar anda kami jadi semakin bersemangatdalam menulis, dan mengoreksi hal-hal yg perludikoreksi. Wassalaam..

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

 
powered by blogger.com and maxwidth build 0.01 mobile template