Cari Artikel Di Blog Ini

Total Tayangan Halaman

Simpan » Diposting oleh Iem-colicul » Sabtu, 16 April 2011 »
Sabtu, 16 April 2011 comment

Tunggu aku di syurga (the romance)

Syifa, seorang perempuan shalihah yang tak hanya
sekedar cantik, perhiasan iman dan keshalihannya
menghiasi setiap langkahnya. Syifa cukup terkenal
dikalangan aktivis,bisa dibilang mobilitasnya lumayan
tinggi. Syifa mulai memasuki sebuah fase yang sering
dialami setiap wanita. Usianya memasuki angka duapuluh lima tahun,hatinya mulai dihiasi rasa rindu
yang tak bisa diurai dengan logika. Perlahan Syifa menyusun kepingan-kepingan
keinginannya dan mengumpulkan segenap kekuatan.
Ia menemui murabbinya. “ Mbak Hasna, saya ingin menikah. Tolong carikan saya calon ya Mbak…” “ InsyaAllah dik,, biodata dan foto adik sudah disiapkan?” “ Sudah mbak, ini biodata saya..” “ Oke, adik jangan lupa terus berdoa ya …” Dengan wajah penuh semangat dan azzam yang kuat,
Syifa melangkah meninggalkan rumah Hasna. Sejak itu
ia tak pernah berhenti berdoa. Setiap malam ia semakin
rajin berkhalwat dengan Rabbnya. Sujudnya semakin
panjang menghiasi setiap shalatnya. “ Ya Rabb, hamba menyerahkan semua padaMu. Engkaulah yang Maha Mengetahui apa yang terbaik
untuk hamba. Hamba hanya ingin seorang lelaki shalih.
Yang kan mencintai hamba dengan kecintaanNya
padaMu. Yang kan selalu membuat hamba iri dengan
ketaatannya padaMu. Hamba ingin seorang lelaki
shalih,, yang kan melepas hamba dengan ridha dan keikhlasannya ketika hamba berpulang kepadaMu.. “ Itulah sepenggal doa Syifa.. Hari berganti hari, belum ada kabar dari mbak Hasna.
Disatu sisi Syifa gelisah, disatu sisi dia terus berusaha
menenangkan dan menguatkan hatinya. Baru beberapa ia menyerahkan biodatanya, sedangkan
diluar sana mungkin ada yang telah menunggu
bertahun-tahun. “Ah… harus tetap semangat..!” bisiknya dalam hati. ***
Di tempat lain, sesosok laki-laki shalih, sedang
bermunajah di penghujung malam. Hatinya menangis
pilu. Beberapa kali hatinya terluka, lamarannya
beberapa kali ditolak. Sedangkan usia semakin
menunjukkan angka yang semakin tua, belum lagi orangtua yang semakin iba melihatnya tak kunjung
bersanding dengan bidadari. Keinginan untuk menikah
pun tak bisa dibenddung lagi. Ia tak tahu harus
berikhtiar apalagi. Ia hanya bisa mengadukan pada
RabbNya, memohon segenap kekuatan dan semangat
yang sempat padam. “ Nak, bapak dan ibu selalu mendoakan kamu. Mungkin yang kemarin-kemarin memang belum yang
terbaik buat kamu…”. Ia, Ahmad, tak kuasa menahan haru ketika teringat
ucapan ibunya. Sebagai seorang laki-laki, ia cukup ideal.
Ia laki-laki yang shalih, mapan dan dari keluarga yang
baik. Suatu hari, ketika ia beranjak dari tempat duduknya,
setelah mengikuti kajian yang diadakan IKADI, ada
seorang sahabat menyapanya. “ Assalammu’alaykum.. Ahmad, apa kabar ?” “ Wa’alaykumsalam, Adit, Alhamdulillah, aku baik. Kamu gimana Dit?” “ Alhamdulillah, baik. Aku sekarang sudah hampir punya dua anak. Istriku sedang hamil anak yang kedua.
Kamu gimana? Sudah menikah?” Ahmad yang tadinya ceria menyambut sapaan Adit kini
berubah sedih. Adit mengajaknya duduk dibawah
pohon besar dekat masjid. Pohon rindang yang
lumayan menyejukkan. Kemudian Ahmad
menceritakan semua kegagalannya menjemput
bidadarinya. “ Ahmad, saudaraku, kamu harus tetep semangat. Aku yakin bidadarimu tidak jauh lagi. Oh iya, kebetulan,
adik-adik istriku beberapa ada yang meminta tolong
untuk dicarikan suami. Gimana kalo kamu aku bantuin
nyari juga? Siapa tahu jodoh?” “ Bener nih Dit? Kamu serius?” “ Ya iya lah Mad, urusan begini gak boleh lah main- main.” Tidak menunggu lama, beberapa hari kemudian Ahmad
silaturahim ke rumah Adit. Adit adalah suami Hasna,
guru ngaji Syifa. Adit dan Hasna memberikan beberapa
amplop tertutup yang isinya biodata muslimah. Ahmad mengambil satu dan kemudian ia istikharah.
Tiga hari kemudian, Ahmad menyampaikan
kemantapannya dengan muslimah yang pertama kali
dia ambil biodatanya. Biodata yang menuliskan nama
Syifa. Hasna pun menyampaikan kepada Syifa hingga
proses ta’aruf pun terjadi. ***
Mungkin inilah yang dinamakan jodoh. Keluarga Syifa
maupun Ahmad sangat bahagia dan sangat merestui
keduanya untuk menikah. Pertemuan keluargapun
digelar, kedua keluarga memilih untuk menggelar
pernikahan yang sederhana. Semua keluarga terlibat mempersiapkan pernikahan mereka. Termasuk Hasna
dan Adit, yang menjadi orang terdekat Syifa dan
Ahmad. Seperti sebuah mimpi yang akan menjadi kenyataan
bagi Syifa dan Ahmad. Beberapa waktu lalu mereka
masih dalam kegundahan, menanti siapakan belahan
jiwa mereka. Beberapa waktu lalu semua masih
terbungkus rahasia dan diselaputi misteri. Sekarang?
Tak terasa sampai di dua hari menjelang pernikahan. “ Astaghfirullah, undangan buat temen-temen di kampus ketinggalan…” gumam Syifa. Dengan secepat kilat Syifa bersiap-siap menuju kampusnya. Ia akan
menyampaikan undangannya ke teman-teman
rohisnya dikampus. “ Mau kemana nduk? Kok buru-buru gitu ?” tiba-tiba ibu menhampirinya. “ Mau nganter undangan ke temen-temen di kampus Bu, ketinggalan gitu.” “ Nitip ke teman kamu aja Nduk, siapa gitu, kamu jaga kondisi biar gak kecapekan, kan kemaren udah muter-
muter..” “ InsyaAllah gapapa Bu, sungkan kalo nitip-nitip gitu. Syifa berangkat dulu ya.. ” Syifa akhirnya berangkat ke kampusnya naik angkot.
Jam satu siang, udara kota Malang sedang panas-
panasnya tapi Syifa masih bersemangat. Saat turun dari
angkot, menuju gerbang kampusnya ia melihat seorang
anak kecil yang lucu sekali. Mirip ketika ia masih kecil
dulu, pipinya chubby dan imut. Anak kecil itu begitu aktif, namun tiba-tiba anak kecil itu terlepas dari
genggaman ibunya yang sedang merespon sapaan
seorang wanita. Anak itu berlarian. Syifa melihat
sebuah sedan melaju cepat ke arah anak kecil itu.
Reflek Syifa berlari dan mendorong anak itu … Braaaaaakkkk …..!!! Syifa tertabrak,terlempar jauh, bermeter-meter.
Tubuhnya terguling hebat. Suasana menjadi riuh,
banyak orang berdatangan mengerumuni tubuh Syifa
yang berlumuran darah. Syifa tak sadarkan diri. Ia
dilarikan kerumah sakit terdekat. Kondisi Syifa semakin
kritis. Dokter sedang berusaha menyelamatkannya . keluarganya mulai berdatangan, ibu, ayah, adik, kakak
dan beberapa paman dan bibinya. Mereka tak bisa
menahan isak tangis sedihnya. Syifa masih koma, tak sadarkan diri. Ibunya mencoba
untuk tegar, dipakaikannya jilbab pada putrinya yang
shaliha. Ibu Syifa ingin putrinya tetap cantik dalam
balutan jilbabnya, jilbab pink kesayangannya. Tak lama
kemudian Ahmad dan kedua orangtuanya datang. Ibu
Ahmad yang masuk ke ruang ICU, Ahmad dan bapaknya menunggu diluar. Ibu Ahmad tak sanggup
menahan airmata pilunya, dia mencium kening calon
menantunya yang tergeletak tak berdaya.Ahmad pun
tak bisa menyembunyikan kesedihannya, dia lebih
banyak diam.
*** Hari ini harusnya Syifa menjadi seorang pengantin. Syifa
masih tergolek lemah di ruang ICU, sesekali ia
merespon kehadiran orang-orang didekatnya dengan
kedipan matanya yang sayu. Dengan hati perih, Ahmad
memasuki ruang ICU ditemani ibunya. “ Ibu, Ahmad punya satu permintaan. Tolong ijinkan Ahmad menikah dengan Syifa sekarang ya Bu …” Entah seperti kenapa, ibu Ahmad yang terlanjur
mencintai calon menantunya itu mengiyakan
permintaan anaknya.
Setelah keinginan Ahmad disampaikan kepada semua
keluarga. Pernikahan pun segera disiapkan. Ibunya
Syifa dan Ibunya Ahmad mendandani Syifa hingga ia nampak begitu cantik dengan gaun pengantin yang
sudah dipersiapkan untuk hari bahagianya. Suasana begitu haru, ayah Syifa sendiri yang akan
menikahkan putrinya dengan Ahmad. “ Saya nikahkan putrid saya Syifa Nur Putri Himawan binti Arief
Himawan dengan engkau Ahmad Indrawan bin Husein
dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar
tunai…” “ Saya terima nikahnya Syifa Nur Putri Himawan binti Arief HImawan dengan mas kawin
seperangkat alat shalat dibayar tunai..” Dan saksi- saksi pun berkata, “Sah..!”. Doa barokahpun mengalir menyambut perjanjian suci dua hati. Hanya ada Ahmad dan Syifa di ruang ICU, Ahmad
menggenggam tangan Syifa, mencium kening istrinya
dan mendoakannya. Syifa meresponnya dengan
senyuman. Ahmad bahagia sekali.
“ Dik Syifa, emm bolehkan aku panggil Dik Syifa? Aku senang sekali akhirnya kita berdua dipertemukan Allah.
Dik Syifa bahagia kan? Oh iya, aku hafal Ar Rahman loh..
aku bacain buat kamu ya …” Ayat demi ayat surah Ar Rahman mengalun menghiasi suasana romantis dua
hati yang sedang mensyukuri kebersamaan mereka. Mungkin terlihat seperti kebersamaan yang sepi,
namun dua hati mereka sedang berdialog dengan cinta
yang tak bisa terlukiskan oleh tinta. Hanya mereka dan
Tuhan yang tahu. Dan, ketika sampai di ayat yang
terakhir, tangan Syifa menggenggam erat tangan
Ahmad. “ Dik Syifa mau bilang sesuatu?”, tanya Ahmad sembari mendekatkan telinganya. Namun tak
terdengar apa-apa. Ahmad mencoba melihat gerak
bibir istrinya yang terlihat lemah.
“ Iya Syifa, aku insyaAllah ridho … sudah, syifa istirahat ya….” Syifa pun pelan-pelan kembali menggerakkan bibirnya, seakan mengucapkan sesuatu. Terdiam,
pelan-pelan Syifa tersenyum dan menutup matanya
untuk selamanya. Ahmad tak kuasa menahan airmatanya. Istri yang
dicintainya telah pergi. Ahmad teringat dengan sebuah
hadist, istri yang meninggal dunia dalam keridhaan
suaminya akan masuk surga. (Ibnu Majah, TIrmidzi) “ Tunggu aku di surga ya Dik Syifa …” ucap Ahmad dengan senyum dan airmata yang bersamaan.


Jangan lupa di share dan like Tunggu aku di syurga (the romance) bro / sist

Save url to wapmaster
Similiar Post :

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Archives

 
powered by blogger.com and maxwidth build 0.01 mobile template